Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom mengingatkan bahwa terdapat sejumlah risiko yang perlu pemerintah waspadai terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan Indonesia sepanjang 2024.
Meski Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan bahwa kondisi sistem keuangan dalam kondisi yang cukup stabil, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah melihat kedepannya terdapat risiko yang perlu diwaspadai oleh pemerintah.
“Perlu diwaspadai terkait dengan normalisasi ketentuan restrukturisasi kredit, sejauh mana bank dan lembaga keuangan non-bank sudah siap? Apakah tidak akan terjadi lonjakan NPL [nonperforming loan]? dan sejauh mana otoritas sudah mengantisipasinya?” jelas Piter kepada Bisnis, Selasa (30/1/2024).
Piter menyampaikan bahwa risiko lainnya yang mungkin terjadi adalah crowding out atau kebijakan pemerintah yang mempengaruhi harga pasar, dalam hal ini dengan adanya SRBI dan SUN di pasar keuangan yang menggerus likuiditas pasar keuangan.
Lebih jauh, Piter melihat risiko ini akan turut memperlambat perputaran ekonomi Indonesia. Meski demikian, Piter tidak meragukan bahwa memang pada sistem keuangan pada 2023 dalam kondisi yang cukup stabil.
Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) tersebut juga melihat tidak adanya permasalahan serius dalam sistem keuangan apabila hanya dilihat dari indikator kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL), permodalan, dan keuntungan.
“Tapi sistem keuangan bukan hanya sebatas stabil. Sistem keuangan dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya terhadap perekonomian. Dalam Hal ini belum cukup menggembirakan. Pertumbuhan kredit melambat, terutama pertumbuhan kredit kepada UMKM,” jelasnya.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center Of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal melihat risiko pertama yang perlu diwaspadai ke depan dari kondisi ekonomi global yang diproyeksikan melambat.
Sebagaimana Bank Dunia meramalkan ekonomi global pada 2024 tumbuh melambat ke angka 2,4% (year-on-year/yoy) dari 2023 yang sebesar 2,6%.
Melambatnya ekonomi tersebut ditandai dengan ekonomi mitra dagang utama, yakni AS dan China yang juga melambat. Dikhawatirkan, kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap ekonomi domestik.
Dari sisi global, paling tidak kebijakn The Fed lebih mengarah pada penurunan subung the fed ini tidak ada kemungkinan turun tapi tidak secepat yang diperkirakan.
“Walaupun turun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa tingkat suku bunga yang ada masih relatif tinggi,” jelasnya.
Selain risiko global termasuk tensi geopolitik yang memanas dan berpotensi mempengaruhi harga komoditas global, risiko politik dalam negeri juga patut terus dipantau.
“Risiko politik perlu diperhatikan terutama di transisi kepemimpinan, bukan hanya pergantian saja, tetapi siapa yang akan menggantikan ke depan, dari sisi kredibilitas, integritas, dan arah kebijakan,” tutupnya.
Pada konferensi pers KSSK, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan stabilitas sistem keuangan pada kuartal IV/2023 yang stabil tersebut didukung oleh kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang resilien dan sinergi serta koordinasi dari seluruh komponen KSSK yang terus diperkuat.
"Dengan perkembangan tersebut, kondisi ekonomi dan sistem keuangan domestik sepanjang 2023 terjaga baik dan mampu mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," ujarnya, Selasa (30/1/2024).