Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bapanas: Stok Kedelai Minimal 100.000 Ton Agar Harga Stabil

Bapanas menyebut stok kedelai Indonesia minimal mencapai 100.000 ton pada 2024 agar harga bisa stabil.
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mematok stok kedelai untuk cadangan pangan pemerintah (CPP) pada 2024 minimal 100.000 ton.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengatakan dengan target minimal CPP kedelai sebanyak 100.000 ton diharapkan stok kedelai di akhir 2024 sebanyak 20.000 ton.

Arief merujuk pada total produksi kedelai dalam negeri pada 2022 mencapai 301.000 ton, sementara total kebutuhan nasional mencapai 2,8 juta ton. Dengan begitu, kebutuhan kedelai masih defisit sekitar 2,5 juta ton. Oleh karena itu, Arief mengatakan, kebutuhan tersebut masih harus dipenuhi dari importasi.

"Pemenuhan kedelai nasional yang sebagian besar masih dipenuhi dari luar [impor] menjadi perhatian agar stok dan permintaan kedelai di pasaran tetap terpenuhi," ujar Arief dikutip dalam keterangan resmi, Selasa (30/1/2024).

Stabilitas harga kedelai, kata Arief, dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan. Pasokan yang memadai memungkinkan harga kedelai bisa lebih stabil.

Menyitir panel harga pangan Bapanas, rata-rata harga kedelai impor hari ini mencapai Rp13.650 per kilogram. Harga tersebut melampaui harga acuan pembelian (HAP) dalam Perbadan No.11/2022 sebesar Rp12.000 per kilogram.

Dia pun menekankan pada sinergitas stakeholder untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas kedelai.

"Karena ini terkait ketersediaan pangan, maka concern utama kita adalah pasokan kedelai terpenuhi sehingga stabilitas pasokan dan harganya terjaga," tutur Arief.

Arief mengklaim, pemerintah terus memastikan arus importasi kedelai dapat segera masuk agar kelangkaan di pasaran dapat diantisipasi. Namun, gangguan logistik akibat konflik geopolitik menjadi faktor yang tidak bisa dikendalikan.

"Keterlambatan kedatangan kedelai ini kan dipengaruhi oleh situasi geopolitik yang terjadi, sehingga mengganggu kelancaran logistik internasional. Namun ini terus kita dorong untuk segera masuk sehingga ketersediaannya stabil," jelas Arief.

Lebih lanjut, Arief meminta koperasi perajin tahu tempe untuk memastikan kebutuhan per daerahnya secara detail. Dengan begitu, kata Arief, Bulog dapat melakukan pengadaan sesuai kebutuhan.

"Yang perlu kita dudukkan adalah berapa kuantitas kebutuhan kedelai untuk para pengrajin tahu dan tempe per daerah sehingga kita bisa ketahui secara nasional berapa per bulan kebutuhannya," kata Arief.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper