Target bauran EBT dikerek ke level 38%-41% pada 2040, dengan asumsi pemanfaatan CCS/CCUS jamak dilakukan di pembangkit listrik dan industri.
Selanjutnya, bauran EBT ditargetkan mencapai 52% sampai dengan 54% pada 2050, dengan penerapan B50 sampai dengan B60 dan E10 sampai dengan E40.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengungkapkan, lokasi pembangunan PLTN perdana di Indonesia rencananya akan berada di Pulau Gelasa, Kepulauan Bangka Belitung. Kapasitasnya direncanakan mencapai 500 megawatt (MW).
"Sebetulnya ada beberapa lagi, seperti di Kalimantan Barat karena di sana secara data statistik hampir tidak pernah terjadi gempa. Kemudian, Sulawesi Tenggara, lalu Pulau Nias juga salah satu alternatifnya," katanya.
Investasi PLTN ThorCon
Salah satu calon investor yang akan mengembangkan PLTN di Indonesia adalah PT ThorCon Power Indonesia (PT TPI).
ThorCon menargetkan kontruksi thorium molten salt reactor (TMSR) dengan daya 500 MW dapat dimulai pada 2024. Operasi komersial TMSR dengan nilai investasi mencapai sekitar Rp17 triliun itu diharapkan terjadi pada 2030.
Baca Juga
“ThorCon siap untuk memulai konstruksi pada 2024 dan mengharapkan dapat mulai beroperasi secara komersial pada 2030 sesuai dengan yang ditargetkan oleh DEN,” kata Direktur Utama PT ThorCon Power Indonesia David Devanney melalui siaran pers, Kamis (2/11/2023).
David mengatakan, target itu diajukan sesuai dengan rencana pemerintah untuk mempercepat pembangunan PLTN di Indonesia. “Hal ini dilakukan dalam upaya mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim,” kata dia.
Sebelumnya, PT TPI telah mengajukan sejumlah dokumen rencana pengembangan dan investasi TMSR dengan daya 500 MW kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Selasa (28/3/2023). Pengajuan dokumen itu menjadi bagian dari konsultasi awal sebelum perizinan resmi dibuat PT TPI.
Sejumlah dokumen konsultasi awal itu berkaitan dengan rencana induk yang disesuaikan dengan tahapan proses perizinan, peta jalan purwarupa TMSR500 dan fasilitas non-fission test platform (NTP), serta persetujuan desain TMSR500.
Direktur Pengaturan, Pengawasan Instalasi dan Bahan Bakar Nuklir Bapeten Haendra Subekti menyampaikan bahwa berdasarkan hasil konsultasi 3S, ThorCon telah menunjukan hal konkret dan siap melakukan pembangunan PLTN pertama sesuai dengan persyaratan perizinan yang berlaku.
Selain itu, hasil dari feasibility study yang dilakukan oleh PLNE menyatakan bahwa aspek sipil dan geologi, tidak ada indikasi ancaman bencana geologi serius di Pulau Kelasa khususnya di lokasi Tapak TMSR500.