Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekor 4 Tahun! Neraca Dagang RI 2023 Surplus Capai US$36,93 Miliar

BPS mencatat neraca dagang Indonesia surplus Rp36,93 sepanjang Januari-Desember 2023.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif pada 2023 kembali mencatatkan surplus senilai US$36,93 miliar. Capaian ini menjadi surplus secara beruntun sejak 2020. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, meski mengalami surplus, realisasi pada 2023 ini tercatat lebih rendah dari 2022. 

“Neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus beruturut-turut dalam empat tahun terakhir dan mencapai puncaknya pada 2022, namun menurun pada 2023,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024). 

Secara kumulatif, total surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$36,93 miliar atau lebih rendah sekitar US$17,52 miliar atau [turun] 33,46% secara tahunan.  

Adapun, surplus ini terbentuk dari kinerja ekspor sepanjang Januari hingga Desember 2023 yang mencapai US$258,82 miliar atau turun 11,33% (year-on-year/yoy) dengan total impor kumulatif senilai US$221,89 miliar yang juga turun 6,55%. 

Pudji menjelaskan sepanjang Januari – Desember 2023, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang, utamanya dengan India senilai US$1,43 miliar, Amerika Serikat US$1,32 miliar, dan perdagangan dengan Filipina mencatat surplus sejumlah US$0,72 miliar. 

Surplus terbesar yang terjadi dengan India didorong oleh kinerja komoditas bahan bakar mineral (HS 27), kemudian lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), serta besi baja (HS 72). 

Di samping itu, Indonesia juga mencatat adanya defisit dengan negara mitra dagang.

Adapun, defisit terdalam terjadi dengan Australia senilai US$0,57 miliar yang didorong oleh komoditas bahan bakar mineral (HS 27), bijih logam terak dan abu (HS 26), serta logam mulia dan perhiasan atau permata (HS 71). 

Selain Australia, defisit yang cukup besar juga terjadi pada perdagangan Indonesia dengan Brasil yang senilai US$0,5 milliar dan Thailand US$0,41 miliar.  

Secara historis, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus mulai 2020 di angka US$21,62 miliar, setelah sebelumnya pada 2018 dan 2019 selalu mencatatkan defisit. 

Kemudian, pada 2021 surplus naik menjadi US$35,42 miliar, dan mencapai puncaknya pada 2022 dengan angka US$54,46 miliar. 

Tren Surplus Indonesia sejak 2013-2023

Tahun  Surplus (Defisit)/miliar 
2013 (US$4,08)
2014 (US$2,2)
2015 US$7,67 
2016 US$9,48 
2017 US$11,84
2018 (US$8,7)
2019 (US$3,59)
2020 US$21,62 
2021 US$35,42
2022 US$54,46
2023 US$36,93 

Sumber: BPS, diolah

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper