Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil William Lai, Presiden Baru Taiwan yang Ditolak Xi Jinping

Berikut profil singkat William Lai atau Lai Ching-te. Presiden terpilih Taiwan yang ditolak Pemimpin China Xi Jinping.
Presiden Taiwan terpilih Lai Ching-te atau William Lai, dari Partai Progresif Demokratik (DPP), mengadakan konferensi pers, menyusul kemenangannya dalam pemilihan presiden, di Taipei, Taiwan pada Sabtu (13/1/2024). Dok REUTERS
Presiden Taiwan terpilih Lai Ching-te atau William Lai, dari Partai Progresif Demokratik (DPP), mengadakan konferensi pers, menyusul kemenangannya dalam pemilihan presiden, di Taipei, Taiwan pada Sabtu (13/1/2024). Dok REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Lai Ching-te atau William Lai secara tak terdua memenangkan pemilihan umum dan menajdi Presiden Taiwan, di tengah peringatan dari China yang menganggap Lai sebagai 'separatis'.

Sebelum naik ke kursi presiden, William Lai menjabat sebagai wakil presiden Taiwan. Dirinya yang menegaskan kedaulatan Taiwan mengalahkan saingan terdekatnya Hou Yu-ih dari partai konservatif Kuomintang (KMT) dengan perolehan lebih dari 900.000 suara pada pemilihan hari Sabtu (12/1/2024). 

Dengan kemenangan Lai yang berasal dari Partai Progresif Demokratik (DPP), menandakan partai tersebut mengamankan masa jabatan tiga kali berturut-turut di Taiwan. 

Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam kekuasaan Taiwan dan menandakan bahwa mayoritas rakyat Taiwan mendukung nilai-nilai partai dalam melestarikan demokrasi.

Melansir dari Al-Jazeera, Senin (15/1/2024), DPP tidak mewakili opini publik arus utama di pulau itu, dan menambahkan bahwa pemungutan suara tersebut tidak akan menghalangi tren penyatuan kembali China yang tak terelakkan.

Dalam pidato kemenangannya, Lai yang maju menjadi presiden di umur 64 tahun tersebut, mengucapkan selamat kepada para pemilih karena menolak untuk terpengaruh oleh "kekuatan-kekuatan eksternal" yang mencoba mempengaruhi pemilihan, sebuah referensi yang jelas kepada China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri.

Dia mengatakan bahwa dirinya ingin bekerja sama dengan China, mitra dagang terbesar Taiwan, dan menjaga perdamaian dan stabilitas, tetapi berjanji untuk tidak "terintimidasi" oleh Beijing.

 

Presiden Taiwan terpilih Lai Ching-te atau William Lai berbicara di atas panggung dalam sebuah rapat umum, diapit oleh pasangannya Hsiao Bi-khim, setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden, di Taipei, Taiwan, Sabtu (13/1/2024). Dok REUTERS
Presiden Taiwan terpilih Lai Ching-te atau William Lai berbicara di atas panggung dalam sebuah rapat umum, diapit oleh pasangannya Hsiao Bi-khim, setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden, di Taipei, Taiwan, Sabtu (13/1/2024). Dok REUTERS

Profil William Lai

William Lai merupakan seorang putra dari penambang batu bara di Taiwan Utara. Dirinya telah kehilangan sosok ayah sejak masih kecil. Dirinya meniti karir sebagai seorang dokter. 

Pemimpin baru Taiwan ini memiliki gelar master di bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Harvard di Amerika Serikat. Lai meninggalkan karier medisnya sebagai dokter spesialis cedera tulang belakang untuk terjun ke dunia politik.

Sebelum menjadi presiden terpilih, Lai pernah menjabat beberapa posisi penting termasuk wakil presiden, perdana menteri, legislator, dan walikota di kota selatan Tainan.

Dalam peran terakhirnya sebagai Wakil Presiden Taiwan, Lai membantu mempromosikan kepentingan Taiwan di dunia internasional.

Agustus lalu, Lai melakukan misi diplomatik ke Paraguay, sebuah langkah yang dikritik oleh China. Negara Amerika Latin ini merupakan salah satu dari selusin negara yang masih mempertahankan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Namun, Taiwan juga memiliki hubungan perdagangan dengan negara-negara di seluruh dunia.

Lai juga telah menarik garis antara Taiwan dan Ukraina dan kebangkitan otoritarianisme secara global, dengan mengatakan bahwa fenomena ini telah menyadarkan masyarakat internasional akan kerapuhan demokrasi.

Selama masa jabatannya bersama Presiden Tsai Ing-wen, Taiwan meningkatkan pembelian senjata dari Amerika Serikat, yang terikat oleh hukum untuk menyediakan senjata yang diperlukan untuk melindungi diri sendiri. Washington tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan sesuai dengan kebijakan "satu China".

Oleh karena itu, selama mencalonkan diri sebagai wakil presiden, Lai berbicara tentang perlunya membangun kemampuan penangkalan militer Taiwan, memperkuat keamanan ekonominya, dan menjalin kemitraan dengan negara-negara demokrasi di seluruh dunia.

"Kami mengatakan kepada masyarakat internasional bahwa antara demokrasi dan otoritarianisme, kami akan berpihak pada demokrasi," ujar Lai. 

Hubungan Taiwan dengan China

China terang-terangan secara vokal menentang Lai, dengan menyebutnya sebagai separatis yang berbahaya. Bahkan, China mengatakan bahwa hasil pemilihan presiden tersebut tak lebih sebagai pilihan antara perang dan perdamaian.

Namun, presiden terpilih yang baru, telah berulang kali mengatakan selama kampanye bahwa dia ingin mempertahankan status quo dengan China dan telah menawarkan untuk berbicara dengan Negeri Tirai Bambu tersebut.

Lai pernah mengatakan bahwa kepala negara yang paling ingin dia ajak makan malam adalah Presiden Cina Xi Jinping, yang menurutnya perlu "sedikit bersantai". 

Dengan terpilihnya Lai, yang dipertaruhkan adalah perdamaian, stabilitas sosial, dan kemakmuran di pulau itu, karena China membangun aktivitas militer di sekitar pulau itu, yang dikatakannya dapat direbut kembali secara paksa jika diperlukan.

Terlebih, Taiwan merupakan rumah bagi industri semikonduktor terkemuka di dunia, yang memproduksi chip kecil yang digunakan dalam berbagai hal, mulai dari headphone Bluetooth hingga sistem rudal.

Taiwan bahkan dapat disebut sebagai urat nadi ekonomi global modern, menempatkan tanggung jawab besar pada Lai untuk menjaga keseimbangan yang cermat pada ketegangan saat Amerika Serikat dan China berselisih mengenai ekspor teknologi.

Dalam mencalonkan diri sebagai Presiden Taiwan, Lai mengadvokasi isu-isu domestik seperti menghidupkan kembali ekonomi yang lesu dan keterjangkauan perumahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper