Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai perlu adanya inisiasi pemerintah untuk memperbaiki kinerja ekspor yang melorot 9,2% (year-on-year/yoy) sepanjang 2023.
Plt. Harian Kadin Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan kinerja industri pengolahan perlu digenjot produktivitasnya, mengingat besarnya kontribusi sektor ini terhadap ekspor nasional.
"Oleh karena itu, pemerintah juga perlu menginisiasi stimulasi kebijakan dan fasilitasi ekspor," kata Yukki kepada Bisnis, Senin (15/1/2024).
Dalam hal ini, Kadin mendorong pemerintah untuk menstimulasi kebijakan dan fasilitas ekspor khususnya pada negara-negara yang memiliki Free Trade Agreement (FTA) dan membuka pasar-pasar non-tradisional baru sebagai motor pertumbuhan.
Tidak hanya kemudahan prosedur ekspor untuk menggenjot kinerja, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan program pemberdayaan produk ekspor, serta pembukaan akses pembiayaan agar sektor manufaktur lebih menggeliat.
Di sisi lain, Yukki menuturkan bahwa dunia usaha masih mencermati peluang dan kondisi pasar sebelum memutuskan untuk ekspansi bisnis. Selain itu, Kadin juga masih memperhatikan penurunan industri manufaktur yang terjadi di berbagai negara lain di dunia, termasuk Indonesia.
Baca Juga
"Berbagai mitra dagang utama Indonesia juga tercatat masih mengalami perlambatan ekonomi," ujarnya.
Menurut Yukki, penurunan yang memengaruhi kinerja ekspor manufaktur yakni permintaan global pada negara tujuan ekspor yang turut melemah dan berbagai harga komoditas yang secara tren kian melandai.
Jika merujuk pada laporan S&P Global, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level ekspansi 52,2 pada Desember 2023.
Adapun, capaian PMI di pengujung tahun 2023 menandai pesatnya laju sektor manufaktur Indonesia dalam 3 bulan terakhir dan melanjutkan tren ekspansi manufaktur dalam 28 bulan terakhir.