Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pelemahan ekspor industri pengolahan menjadi faktor pendorong utama anjloknya kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2023.
Adapun, nilai ekspor sepanjang 2023 mengalami penurunaan 11,33% dengan nilai US$258,82 miliar, lebih rendah dibandingkan kinerja 2022, yakni senilai US$291,90 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, nilai ekspor nonmigas mengalami kontraksi terdalam dibandingkan ekspor migas. Nilai ekspor nonmigas tercatat sebesar US$242,90 miliar pada 2023 atau turun 11,96% dibandingkan tahun 2022 lalu sebesar US$275,91 miliar.
"Penurunan ekspor sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama atas turunnya kinerja ekspor 2023," kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).
Ekspor industri pengolahan sepanjang 2023 mencapai US$186,98 miliar atau turun 9,26% dibandingkan tahun 2022 lalu sebesar Rp206,07 miliar.
Komoditas nonmigas yang mengalami penurunan nilai ekspor, di antaranya bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani atau nabati atau (HS 15), dan berbagai produk kimia atau (HS 38).
Baca Juga
Secara bulanan, ekspor industri pengolahan Desember 2023 juga tercatat mengalami penurunan 1,99% dibandingkan dengan November 2023.
Penurunan nilai ekspor tersebut didorong pelemahan ekspor minyak kelapa sawit, barang perhiasan dan barang berharga, kendaraan bermotor roda empat dan lebih, suku cadang kendaraan bermotor roda empat atau lebih, serta sepatu olahraga.
Di sisi lain, kinerja ekspor beberapa komoditas unggulan Indonsia, yaitu batu bara, besi dan baja, serta minyak kelapa sawit dengan share sekitar 30,06% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Desember 2023.