Bisnis.com, JAKARTA – Prabowo Subianto mengungkapkan Indonesia masih memiliki potensi untuk menggenjot belanja negara menjadi hampir 30% dari produk domestik bruto (PDB).
Hal tersebut dirinya sampaikan saat menjawab pertanyaan terkait masih minimnya industri kimia dasar dan pengembangan alat kesehatan, dari mantan Menteri Keuangan (2014-2016) Bambang Brodjonegoro dalam Dialog Capres bersama Kadin, di Djakarta Theater, Jumat (12/1/2024).
Prabowo menuturkan, bahwa penambahan dan pengembangan industri tersebut dapat dilakukan, salah satunya dengan menaikkan anggaran untuk research and development (RnD).
Selain itu, penambahan anggaran juga dapat digunakan untuk melakukan pembangunan industri kimia dasar baru.
“GDP kita US$1.500 miliar. Kalau tambah 10%, ada US$150 miliar di situ kita bisa bikin tambahan kilang petro kimia, pabrik farmasi, dan sebagainya, di situ pak Bambang bahwa kita harus berani,” pungkasnya.
Dirinya menjelaskan, bahwa belanja RI yang masih di bawah 20% dari PDB itu belum ideal untuk negara yang sedang membangun industri.
Baca Juga
Prabowo menyebutkan seperti halnya India yang memiliki porsi belanja negara sebesar 28%. Untuk itu, Indonesia harus lebih banyak lagi mengeluarkan anggaran belanjanya.
“Pembelanjaan kita masih 17% dari GDP, padahal para pakar menyampaikan kepada saya, bahwa negara-negara yang sedang membangun industri berani sampai 20%, 25%, 28% dari GDP. India kalau tidak salah 28%, kalau kita mau sama dengan India dan Turki, berarti kita bisa menambah 11% belanja kita,” ungkapnya.
Mengambil contoh PDB 2022 yang senilai Rp19.588,4 triliun, apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia setidaknya naik dan menyamakan posisi India, artinya Kementerian Keuangan perlu menyiapkan Rp5.484,75 triliun.
Pada 2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah merencanakan APBN senilai Rp3.325 triliun. Artinya, terdapat gap lebih dari Rp2.000 triliun untuk mencapai porsi setara India.