Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Belum Mampu Turunkan Harga Beras, Ini Alasannya!

Bulog menuturkan belum mampu menurunkan harga beras karena produksi yang masih minim.
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA -  Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengakui bantuan beras belum mampu menekan harga beras ke level semula. Meskipun program populis itu diklaim berhasil menurunkan inflasi beras secara bulanan.

Bayu menjelaskan, harga beras cenderung masih di level yang tinggi disebabkan oleh produksi beras yang masih minim. Menurutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) surplus produksi beras 2023 pun hanya mencapai 700.000 ton.

"Ini [harga beras yang tinggi] karena produksi [rendah]. Data BPS itu menunjukkan produksi turun," ujar Bayu di Kantor Pusat Perum Bulog, Kamis (11/1/2024).

Bayu membeberkan, sebagai upaya menekan harga beras turun ke bawah, pihaknya terus mendorong penyaluran beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan). Adapun Bulog tahun ini, kata Bayu, menargetkan penyaluran beras SPHP sebanyak 1,2 juta ton atau sekitar 100.000 ton per bulan.

"SPHP kita jual di tingkat komersial tapi dengan harga lebih murah. Ini berusaha untuk narik [harga beras] ke bawah," jelasnya.

Kendati begitu, jumlah SPHP pun masih jauh dari angka konsumsi nasional secara tahunan yang mencapai sekitar 30 juta ton. Di sisi lain, opsi impor beras 2 juta ton tahun ini juga dilakukan Bulog hanya untuk menutupi kekurangan produksi beras di dalam negeri.

"Angkanya mungkin hanya bisa bertahan, tapi belum bisa untuk turun," kata Bayu.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi blak-blakan soal harga beras tahun ini.  Dia yakin harga beras belum memungkinkan untuk turun di bawah Rp12.000 per kilogram.

Musababnya, sejumlah hal telah menjadi faktor tingginya harga beras saat ini. Mulai dari produksi yang turun, harga pupuk yang tinggi hingga biaya produksi petani yang cenderung terus naik.

"Engak mungkin [harga beras bisa turun bawah Rp12.000 per kilogram]. Harga akan turun pada saat produksinya menyentuh di atas 2,5 juta ton. Produksi melimpah, maka teori suplai dan demand," kata Arief saat ditemui di Kantor Perum Bulog, Kamis (11/1/2024).

Adapun pemerintah mulai awal 2024 kembali mengucurkan bantuan beras tahap III ke 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Pemerintah mengklaim program bantuan beras sejak Maret 2023 telah berhasil menurunkan inflasi beras bulanan dari 2,63% pada Februari 2023 menjadi 0,43% pada Desember 2023.

Menyitir data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga beras medium hari ini secara nasional masih berada di level Rp13.310 per kilogram. Harga tersebut masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah melalui Perbadan No.7/2023 sebesar Rp10.900 - Rp11.800 per kilogram.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper