Bisnis.com, JAKARTA – Dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk membayar pembengkakan biaya (cost overrun) utang Kereta Cepat Jakarta Bandung atau WHOOSH telah disepakati dengan dua skema bunga berdasarkan dua denominasi mata uang.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo menjelaskan nilai pinjaman yang dikucurkan oleh CDB ke KAI telah disepakati sebesar US$542,7 juta atau setara Rp8,41 triliun dengan asumsi kurs US$1=Rp15.500.
Pinjaman tersebut akan diberikan dalam dua denominasi mata uang. Didiek menuturkan sebanyak US$325,6 juta diberikan dalam denominasi dolar AS dan ekuivalen US$217 juta dalam bentuk renminbi [RMB].
“Untuk pinjaman berdenominasi dolar AS bunganya 3,2%, sedangkan loan dalam RMB 3,1%,” kata Didiek, dikutip Rabu (10/1/2024).
Adapun, besaran cost overrun sebesar US$1,2 miliar ditanggung sebesar 60% oleh konsorsium Indonesia dan 40% oleh konsorsium China. Sebagai informasi, PT KAI merupakan pemegang saham terbesar dalam konsorsium BUMN Indonesia yang membangun proyek Kereta Cepat.
Didiek menjelaskan, pinjaman dari CDB merupakan pendanaan cost overrun yang bersumber dari pinjaman untuk konsorsium Indonesia sebesar 75%. Sementara itu, porsi pendanaan dari ekuitas sebesar 25% untuk konsorsium Indonesia telah dipenuhi dari penyertaan modal negara (PMN).
Baca Juga
“Pinjaman ini juga sudah mendapatkan jaminan dari pemerintah,” tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebut dana pinjaman dari China untuk membayarkan cost overrun proyek Kereta Cepat WHOOSH akan segera cair.
Tiko memaparkan, pihak Indonesia dan China telah menandatangani kesepakatan pemberian pinjaman tersebut. Dia menuturkan, pinjaman tersebut nantinya akan dikucurkan dari China Development Bank (CDB) ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam bentuk suntikan modal.