Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Taipan Konsorsium Investor IKN hingga Beban Utang Jokowi

Berita terkait konglomerat konsorsium investor IKN hingga utang negara menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id.
Top 5. Sumber: Canva
Top 5. Sumber: Canva

Bisnis, JAKARTA—Dua konglomerat besar Indonesia dikabarkan hengkang dari Konsorsium Agung Sedayu Group (ASG) yang akan membangun proyek mixed use atau kawasan terpadu, mencakup pusat perbelanjaan, hotel, hingga perkantoran di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara Kalimantan Timur.

Berita terkait konglomerat konsorsium investor IKN hingga utang negara menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Sejumlah berita menarik lainnya juga turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

1.Benarkah Djarum & Wings Group Masuk Dalam Konsorsium Aguan?

Dalam dokumen pemaparan, kedua perusahaan tersebut yakni Djarum dan Wings Group digantikan posisinya oleh Kawan Lama dan Alfamart.Selain itu, dalam dokumen pemaparan tersebut terdapat perubahan nama konsorsium berubah menjadi Konsorsium Nusantara, bukan lagi Konsorsium ASG.

Padahal, dalam pemaparan OIKN di Banggar DPR RI pada 19 September 2023, Konsorsium ASG terdiri dari 10 perusahaan yakni ASG milik Sugianto Kusuma (Aguan), Salim Group milik Anthony Salim, Sinarmas milik Franky Wijaya, Pulauintan milik Pui Sudarto, dan Djarum milik Budi Hartono.

Kemudian Wings Group milik William Katuari, Adaro milik TP Rahmat/Boy Tohir, Barito Pacific milik Prajogo Pangestu, Mulia Group milik Eka Tjandranegara, dan Astra milik Soeryadjaya.

Kesepuluh perusahaan yang masuk dalam Konsorsium ASG tersebut tersebut ikut dalam groundbreaking proyek Hotel Nusantara pada pertengahan September lalu.

Dalam groundbreaking proyek IKN pada kloter pertama yang disiarkan secara langsung melalui Youtube Sekretariat Presiden (Setpres), juga nampak bos Kawan Lama Group Kuncoro Wibowo dan bos Alfamart Djoko Susanto turut hadir.

2. Masih Akan Berlanjut Tren Masyarakat Kecil Makan Tabungan

Fenomena masyarakat makan tabungan alias 'mantab' terus terjadi hingga pengujung tahun lalu. Pasalnya, tabungan tersebut kian tergerus seiring dengan meningkatnya belanja masyarakat kelompok bawah. Lantas, apakah tren ini bakal berlanjut hingga 2024?

Pada penghujung tahun lalu, Mandiri Spending Index (MSI) mencatatkan angka 188,2, yang menunjukkan bahwa belanja masyarakat 88,2% lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi, yaitu Januari 2020.

Berdasarkan laporan yang sama, indeks tabungan masyarakat kelompok bawah alias kelompok di bawah Rp1 juta sebesar 47,4 pada Oktober 2023.Jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, indeks tabungan tersebut lebih rendah dibanding indeks belanja masyarakat menengah sebesar 98,5 dan kelompok belanja masyarakat kelas atas 96,3.

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengungkapkan tren makan tabungan pada masyarakat kecil mungkin akan terjadi selama beberapa waktu ke depan pada 2024.Kemudian, Yudo menjelaskan bahwa tabungan yang dikonsumsi oleh masyarakat, merupakan akumulasi tabungan yang terkumpul pada waktu Covid-19, saat terjadinya pandemi dan pembatasan sosial.

 3. Semarak Aksi Korporasi Emiten di Awal Tahun

Sejumlah emiten tancap gas memulai 2024 dengan aksi korporasi strategis untuk memperkuat kapasitas bisnisnya guna menangkap peluang yang terbuka sepanjang tahun ini. Aksi korporasi tersebut berupa transaksi afiliasi, akuisisi aset, hingga penarikan pinjaman jumbo.

Transaksi afiliasi antara lain dilakukan oleh emiten milik Garibaldi ‘Boy’ Thohir, yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) yang melakukan peningkatan modal tiga anak usaha yaitu PT Bukit Smelter Indonesia (BSI), PT Merdeka Mega Industri (MMI), dan PT Cahaya Smelter Indonesia (CSI). 

MMI merupakan anak perusahaan langsung MBMA dengan kepemilikan sebesar 99%. Sementara itu, BSI dan CSI merupakan anak perusahaan tidak langsung MBMA dengan kepemilikan sebesar 50,1% melalui PT Merdeka Industri Mineral (MIM). Adapun, MIM sendiri merupakan salah satu anak usaha yang akan mendapatkan dana hasil IPO dari MBMA.

Corporate Secretary Merdeka Battery Materials, Deny Greviantana Wijaya, mengatakan peningkatan modal tiga anak usaha ini merupakan upaya memperkuat posisi keuangan dan struktur modal anak usaha.

 Emiten Boy Thohir lainnya, yakni PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) juga melakukan transaksi afiliasi melalui penyuntikan modal ke entitas perusahaan investasinya, yakni PT Suwarna Arta Mandiri (SAM) senilai Rp1,86 triliun. Suntikan modal ini setara dengan 62,19% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor SAM setelah transaksi.

 4. Menjaga Generasi Muda dengan Menaikkan Cukai Minuman Beralkohol

Pemerintah menaikkan tarif cukai minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA) mulai 1 Januari 2024.Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 160/2023 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman yang Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat yang Mengandung Etil Alkohol.

Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kemenkeu Nirwala Dwi Heryanto menyampaikan bahwa pertimbangan pemerintah untuk melakukan penyesuaian tarif cukai MMEA adalah guna mendukung penurunan prevalensi konsumsi MMEA.

Dia menjelaskan, prevalensi konsumsi MMEA usia di atas 10 tahun terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data terakhir, prevalensi konsumsi MMEA di atas 10 tahun ini naik menjadi 3,3% pada 2018.“Prevalensi konsumsi MMEA usia diatas 10 tahun terus tumbuh, dari 3% pada 2007 menjadi 3,3% pada 2018,” katanya kepada Bisnis, Rabu (3/1/2024).

Selain itu, Nirwala mengatakan bahwa rata-rata pertumbuhan produksi MMEA dalam 10 tahun terakhir mencapai 2,4%.

5. Beban Bengkak Utang Jokowi

Pemerintah mencatat penarikan utang baru sebesar Rp407 triliun sepanjang 2023. Kendati nilainya besar, jumlah tersebut sudah turun hampir setengahnya dibandingkan dengan 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pembiayaan utang pemerintah atau penarikan utang pemerintah sepanjang 2023 mengalami penurunan yang signifikan.

Berdasarkan data APBN Kita Edisi Januari 2024, pembiayaan utang sepanjang 2023 terealisasi sebesar Rp407,0 triliun atau turun sebesar 41,5% dibandingkan dengan realisasi pada 2022.

 Sri Mulyani menjelaskan pembiayaan utang pada 2023 sebelumnya ditargetkan sebesar Rp696,3 triliun dalam APBN dan direvisi menjadi Rp421,2 triliun dalam Perpres 75/2023.

 “Ini berarti kita hanya merealisasikan 58,4% dari APBN awal atau 96,6% dari Perpres 75/2023,” katanya dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (2/1/2024).

Sri Mulyani merincikan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 tercatat telah terealisasi sebesar Rp308,7 triliun, turun 53% dibandingkan periode 2022.Sebelumnya, pemerintah pun menargetkan penerbitan SBN lebih tinggi, yaitu sebesar Rp712,9 triliun dalam APBN dan kemudian diturunkan menjadi Rp437,8 triliun dalam Perpres 75/2023.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BisnisIndonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper