Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Masih Impor Beras, Janji Swasembada Jokowi Kandas

Menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden Jokowi pada 2024, Indonesia dipastikan masih akan impor beras. Lantas, bagaimana nasib program swasembada?
Akbar Evandio,Ni Luh Anggela
Akbar Evandio & Ni Luh Anggela - Bisnis.com
Rabu, 3 Januari 2024 | 09:00
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan terkait polemik impor beras melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden / Youtube
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan terkait polemik impor beras melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden / Youtube

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di 2024, Indonesia dipastikan masih akan impor beras untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Presiden Jokowi mengakui bahwa Indonesia terpaksa harus impor beras. Pasalnya, produksi beras selalu menurun.

"Yang kita harapkan adalah kita ini tidak ingin impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit karena produksi kita ini selalu tidak mencapai," kata Jokowi dalam acara pembinaan petani se-provinsi Jawa Tengah di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024).

Lebih lanjut, Jokowi mengatakan jumlah penduduk Indonesia selalu bertambah setiap tahunnya. Oleh karena itu, Indonesia bakal kembali impor beras pada tahun ini.

Dia menyatakan impor beras dilakukan untuk menjaga pasokan dan menstabilkan harga. Apalagi, musim panen diperkirakan mengalami kemunduran akibat fenomena El Nino.

“Kita bisa mengendalikan [harga beras] karena stok Bulog saat ini juga sangat baik akhir tahun kemarin masih di angka 1,4 juta ton dan ini akan masuk lagi untuk cadangan strategis agar betul-betul kita aman, karena memang panennya nanti akan mundur sedikit,” kata Jokowi usai menyidak Pasar Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024).

Kepala Negara pun menuturkan bahwa harga beras di seluruh negara mengalami kenaikan akibat adanya perubahan iklim dan fenomena El Nino. Namun, dia mengklaim bahwa kenaikan harga beras di Indonesia tidak sedrastis negara lainnya.

“Ada perubahan iklim, ada super El Nino, kemudian 22 negara stop tidak mengekspor berasnya, sehingga terjadi keguncangan harga beras, harga pangan di dunia. Semua, semua negara mengalami tetapi negara kita kenaikannya tidak sedrastis negara-negara lain,” tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk impor beras sebanyak 2 juta ton pada 2024 guna memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP).

Selain untuk memenuhi CBP, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyampaikan, impor beras 2 juta ton pada 2024 juga dilakukan untuk program bantuan pangan dan Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) di tengah ketidakpastian yang masih tinggi.

“Jadi di 2024 sudah diputuskan 2 juta [ton impor beras],” kata Bayu, dalam diskusi Direksi Perum Bulog dengan Forum Wartawan Bulog pada Kamis (21/12/2023).

Bayu menyebut, Perum Bulog tengah melakukan penjajakan dengan negara-negara lain, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia.

Janji Swasembada Kandas

Untuk diketahui, Jokowi sebelumnya berjanji mewujudkan swasembada pangan. Pada periode pertamanya di 2014-2019, Jokowi mencanangkan program swasembada pangan khususnya untuk tiga jenis produk pertanian meliputi padi, jagung, dan kedelai (pajale) dalam kurun waktu 3 tahun.

Dari ketiga produk pertanian itu, swasembada beras dinilai yang paling mudah jika melihat dari besarnya ketergantungan impor. Namun, kenyataannya Indonesia berhasil mencapai swasembada hanya pada periode 2019-2021, sedangkan pada 2022 hingga saat ini Indonesia kembali impor beras.

Namun, 9 tahun sejak Mantan Gubernur DKI Jakarta ini memimpin, janji tersebut sepertinya masih jauh dari yang diharapkan. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya mengungkapkan bahwa produksi beras di 2023 mencapai 30,90 juta ton. Angka tersebut turun sebesar 2,05 persen atau setara 650.000 ton dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, potensi produksi selama Oktober hingga Desember 2023 diprediksi sebanyak 4,78 juta ton atau turun 0,59 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kekeringan panjang yang disebabkan El Nino turut berdampak terhadap penurunan luas panen padi, utamanya di sentra padi nasional seperti Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah.

BPS memperkirakan, luas panen padi 2023 mencapai 10,20 juta hektare atau turun 0,26 juta hektare dibandingkan tahun lalu yang tercatat seluas 10,45 juta hektare. BPS melihat adanya potensi defisit produksi beras yang kian melebar hingga akhir 2023.

“Potensi defisit produksi beras makin lebar hingga akhir 2023 dan di Desember mencapai minus 1,45 juta ton beras. Dengan hanya mempertimbangkan selisih antara perkiraan produksi domestik dan konsumsi ini saja, produksi beras diperkirakan surplus 0,28 juta ton sepanjang 2023,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis BPS Oktober 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper