Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai tambang bawah tanah bakal menjadi tren pertambangan masa depan. Meski berbiaya tinggi, tambang bawah tanah memiliki risiko kerusakan yang lebih kecil dibandingkan tambang permukaan.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Kementerian ESDM Irwandy Arif mengatakan tren tambang bawah tanah akan semakin banyak di masa mendatang mengingat semakin sedikitnya cadangan dekat permukaan.
"Meski memiliki tantangan berupa biaya investasi yang relatif besar, teknologi yang semakin canggih dan ketersediaan sumber daya manusia, tetapi memiliki peluang pengurangan risiko dampak lingkungan di mana dampak lingkungan yang muncul lebih kecil dari tambang permukaan," kata Irwandy dikutip dari laman Kementerian ESDM, Minggu (24/12/2023).
Biaya operasi tambang bawah tanah lebih tinggi, katanya, dikarenakan adanya tambahan biaya untuk ventilasi, penyanggaan, dan sebagainya. Biaya operasional tambang bawah tanah kira-kira dua kali lebih mahal dibandingkan tambang terbuka. Biaya modal tambang bawah tanah kira-kira 3-4 kali lebih mahal dibandingkan tambang terbuka.
"Biaya penambangan bawah tanah memang lebih besar dari tambang terbuka, tapi dengan adanya disruption technologies beberapa biaya bisa terpangkas terbuka," lanjut Irwandy.
Irwandy melanjutkan peluang dan masa depan tambang bawah tanah di Indonesia akan semakin meningkat karena berbagai hal antara lain semakin berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi pada atau dekat permukaan untuk ditambang.
Baca Juga
Dengan kata lain, bertambahnya kedalaman deposit akan menyulitkan bila ditambang dengan sistem tambang terbuka karena terbatas oleh stripping ratio dan ditemukannya teknologi baru dalam peralatan tambang bawah tanah.
Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, lanjutnya, serta berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka jika penambangan semakin dalam menjadi alasan selanjutnya.
Potensi tambang batu bara bawah tanah di Indonesia masih sangat besar misalnya di Barito & Asam-Asam Basins dengan 6 Block yang ada potensi yang terdapat di dalamnya dengan total potensi 530.711 MTon di Kutai dan Tarakan Basins dari 13 Block yang ada terdapat potensi 12,344.515 MTon dan di South Sumatera Basins dari 20 Block yang ada terdapat potensi total 20,658.330 MTon batubara.
Selain itu, PT. Sumber Daya Energi (SDE) yang baru saja meresmikan produksi pertama tambang bawah tanah, terdapat 15 perusahaan tambang batu bara bawah tanah lainnya di Indonesia antara lain, CV Air Mata Emas dan PT Nusa Alam Lestari di Sumatera Barat, PT Merge Mining Industri Kalimantan Selatan, PT Kusuma Raya Utama di Bengkulu, PT Gerbang Daya Mandiri Kalimantan Timur, PT Sumber Daya Energi, PT Vipronity Power Energy, PT Sugico Pendragon Energi dan PT Indonesia Multi Energi di Kalimantan Selatan.