Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Harga Beras Sentuh Level Tertinggi sejak Oktober 2008

Harga beras mencapai level tertinggi dalam 15 tahun terakhir di tengah kekhawatiran permintaan yang meningkat dan dampak dari El Nino.
Ilustrasi beras
Ilustrasi beras

Bisnis.com, JAKARTA - Harga beras telah mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun terakhir di tengah meningkatnya kekhawatiran permintaan yang meningkat dan dampak dari El Nino yang memperketat makanan pokok miliaran orang di Asia dan Afrika tersebut. 

Mengutip Bloomberg, Kamis (21/12/2023) menurut Asosiasi Eksportir Beras Thailand, thai white rice 5 percent broken, atau kategori beras putih dengan butiran panjang, yang telah menjadi patokan di Asia, naik 2,5% dari minggu sebelumnya menjadi US$650 per ton atau sekitar Rp10 juta pada Rabu (20/12), mencatatkan level tertinggi sejak Oktober 2008. 

Harga baru-baru ini mengalami kenaikan hingga mencapai angka tersebut, yakni pada awal Agustus 2023, utamanya setelah pembatasan ekspor dari India, yakni negara pengirim utama, dan cuaca kering yang mengancam hasil panen Thailand, setelah melemah dalam hampir sepanjang September dan Oktober 2023. 

Akibat hal tersebut, inflasi pangan kemudian tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang, utamanya pada negara-negara yang bergantung pada beras, seperti Filipina. 

Perdana Menteri India Narendra Modi, juga khawatir mengenai percepatan inflasi pangan menjelang pemilihan umum pada 2024. 

Menurut Kementerian Pangan India, harga beras kemudian meningkat meskipun terdapat pembatasan ekspor, panen yang baik dan persediaan negara yang berlimpah. Bahan pokok di India juga meningkat sekitar 12% per tahun dalam dua tahun terakhir. Para pejabat juga telah meminta pabrik penggilingan untuk memotong harga eceran. 

Berikutnya, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan bahwa pada pekan ini Indonesia berencana untuk membeli 2 juta ton dari negaranya pada akhir 2024. 

 Presiden kehormatan Asosiasi Eksportir Beras Thailand Chookiat Ophaswongse mengatakan penggiling lokal juga menunda penjualan setelah mendengar berita tersebut, dengan harapan harga yang tinggi. Ia juga mengatakan bahwa nilai tukar Baht yang kuat berkontribusi pada kenaikan harga. 

Menurut Chookiat, meningkatnya pasokan dari Vietnam dan Thailand mungkin membatasi potensi kenaikan yang tajam di pasar. Ia juga mencatat bahwa Thailand memiliki cadangan air yang cukup untuk menjamin panen kedua yang baik. Harga yang tinggi juga akan mendorong petani untuk memperluas penanaman.

“Namun, kami memperkirakan harga akan tetap pada tingkat yang cukup tinggi pada awal tahun depan karena masih adanya kekhawatiran keamanan pangan dan larangan India,” ucap Chookiat. Kenaikan harga biji-bijian juga berbeda dengan bahan makanan pokok lainnya, seperti gandung dan Jagung. 

Harga beras putih Thailand naik 36% pada 2022, dan kontrak berjangka gandum di Chicago turun sebesar 20% menuju penurunan pertama dalam tujuh tahun.  Kontrak berjangka jagung juga telah menurun sekitar 30% pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper