Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cerita Bos PGN (PGAS) di Balik Rencana Kenaikan Harga Gas Industri

Direktur Utama PGN (PGAS) Arief Setiawan Handoko blak-blakan mengenai cerita dibalik rencana penyesuaian harga gas industri beberapa waktu lalu.
Petugas mengawasi pipa gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Istimewa/PGN
Petugas mengawasi pipa gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Istimewa/PGN

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN Arief Setiawan Handoko blak-blakan mengenai latar belakang rencana penyesuaian harga gas industri komersial atau nonharga gas bumi tertentu (HGBT) yang belakangan batal dilakukan.

Arief menerangkan, keputusan untuk menaikkan harga gas industri itu mulanya didorong oleh adanya rencana kenaikan harga pasokan gas hulu dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).

Namun, perseroan menaruh perhatian untuk tetap menahan harga gas di industri tetap kompetitif guna menjaga daya saing industri di dalam negeri. 

“Karena semangatnya kita jaga affordability di end buyers, willingness to pay di buyer kita selalu upayakan agar harga gas tidak naik yang penting semuanya aman,” kata Arief saat memberi sambutan di acara Aspebindo, Jakarta, Selasa (19/12/2023).

Selain itu, kata Arief, perseroan juga tengah mempelajari volatilitas harga gas dan LNG di tengah pasar yang makin ketat saat ini.

“Saya pernah dimarahin sama tiga menteri kalau nggak salah waktu harga gas dari upstream dari suatu lapangan lah naik, saya umumin karena saya nggak mau rugi, sebagai BUMN tidak boleh rugi,” ungkap Arief.

Selepas surat edaran disampaikan ke pelanggan, Arief mengatakan, ketiga menteri terkait meminta agar harga gas ke industri tetap ditahan rendah. 

“Saya pass through saja kenaikannya, itu dimarah-marahin tapi dengan dimarah-marahin itu ada hikmahnya harga gas di hulu tidak jadi naik,” kata Arief. 

Diberitakan Bisnis sebelumnya, PGN sempat berencana menaikkan harga jual gas kepada pelanggan komersial dan industri di luar penerima harga gas bumi tertentu/HGBT per 1 Oktober 2023. Langkah ini dilakukan setelah PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) meminta persetujuan kenaikan harga gas dari Blok Corridor lantaran susutnya produksi beberapa waktu terakhir.

Rencana kenaikan harga gas PGN tersebut diberitahukan melalui surat kepada pelanggan industri komersial di kawasan yang terdampak, seperti Jawa bagian barat, Batam, Sumatra bagian tengah dan selatan, lewat surat edaran yang diparaf Kepala Wilayah PGN Bekasi Reza Maghraby pada 31 Juli 2023. 

Hanya saja, rencana penyesuaian harga gas ke pelanggan industri tersebut tidak mendapat restu dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Menteri ESDM Arifin Tasrif secara tegas menolak rencana PGN untuk melakukan penyesuaian harga gas industri komersial mereka.

Arifin meminta perusahaan gas pelat merah itu untuk tetap menahan harga saat ini. Dia beralasan harga gas dari sisi hulu tidak mengalami kenaikan. 

 “Tidak boleh naik, kan hulunya tidak dinaikin,” kata Arifin saat ditemui di DPR, Jakarta, Rabu (13/9/2023). 

Baru-baru ini, Menteri ESDM telah menyetujui alokasi dan harga gas baru dari Blok Corridor dalam perpanjangan perjanjian jual beli gas (PJBG) Medco dengan PGN. 

Dalam kontrak yang baru, PGN nantinya bakal menerima pasokan gas dari Blok Corridor sekitar 400 billion british thermal unit per day (BBtud) dalam jangka kontrak 2024 sampai dengan 2028. Harga gas juga ditetapkan tidak naik.

“Alokasi dan harganya sudah disetujui Bapak Menteri ESDM [Arifin Tasrif], besaran volume sesuai kemampuan pasok dari Corridor, sedangkan harga disetujui sesuai keekonomian lapangan dan PoD-nya, serta tidak ada kenaikan dari sebelumnya,” kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi saat dikonfirmasi, Senin (18/12/2023). 

Mengacu pada kontrak periode sebelumnya 9 Agustus 2004 sampai dengan 30 September 2024, harga terkontrak gas dari Blok Corridor dipatok di level US$5,44 per metric million british thermal unit (MMBtu). Sementara itu, pasokan gas dari Blok Corridor pada kontrak periode itu mencapai di angka 2.310 TBTU.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper