Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alokasi Gas dari Blok Corridor Susut, Pasokan Tambahan Buat PGN Masih Dicari

SKK Migas tengah mengkaji pasokan gas alternatif untuk menambal defisit penyaluran gas dari Blok Corridor untuk PGN (PGAS).
Blok migas/Ilustrasi
Blok migas/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah mengkaji pasokan gas alternatif untuk menambal defisit penyaluran gas dari Blok Corridor untuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) atau PGAS. 

SKK Migas membuka opsi menarik gas pipa dari beberapa lapangan serta penyaluran kargo gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) untuk perusahaan gas negara tersebut. 

“Sedang didiskusikan di tim teknis untuk kemungkinan pemenuhan pasokan dari lapangan lain, di samping kemungkinan lainnya termasuk dari LNG, masih terus berjalan diskusi dan koordinasinya,” kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi saat dikonfirmasi, Senin (18/12/2023). 

Dalam perpanjangan perjanjian jual beli gas (PJBG) Blok Corridor yang telah disetujui Menteri ESDM Arifin Tasrif beberapa waktu lalu, seluruh produksi gas dari Blok Corridor bakal dialihkan untuk PGN, tanpa adanya alokasi ekspor untuk pembeli Singapura seperti kontrak sebelumnya. 

PGN nantinya bakal menerima pasokan gas dari Blok Corridor sekitar 400 billion british thermal unit per day (BBtud) dalam jangka kontrak 2024 sampai dengan 2028.

Sebelumnya, berdasarkan laporan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) selaku operator Blok Corridor, total penyerahan harian gas berdasarkan kontrak lama mencapai sekitar 700 BBtud, dengan 83% dijual ke pembeli domestik dan 17% diekspor ke Singapura. Artinya, pasokan gas ke PGN susut 45,25% atau turun 181 BBtud pada PJBG yang anyar saat ini. 

“Alokasi dan harganya sudah disetujui Bapak Menteri ESDM [Arifin Tasrif], besaran volume sesuai kemampuan pasok dari Corridor,” kata Kurnia. 

Kepastian alokasi gas dari Blok Corridor menjadi krusial lantaran bersinggungan langsung dengan pelanggan industri komersial dari PGN yang tersebar di kawasan Jawa Bagian Barat, Batam, Sumatra Bagian Tengah dan Selatan. 

Di sisi lain, Kurnia menegaskan, alokasi saat ini tetap menggunakan besaran harga pada kontrak lama yang efektif pada 9 Agustus 2004 lalu, saat lapangan masih dikelola ConocoPhillips Ltd. (Grissik). Adapun, harga terkontrak gas dari Blok Corridor dipatok di level US$5,44 per per metric million british thermal unit (MMBtu). 

Sebelum perpanjangan kontrak jual beli gas, PGAS sempat melaporkan pasokan gas dari Blok Corridor mengalami defisit setara delapan hingga sembilan kargo setiap tahunnya. 

“Harga disetujui sesuai keekonomian lapangan dan PoD-nya serta tidak ada kenaikan dari sebelumnya,” kata Kurnia. 

Sebelumnya, amendemen kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) Blok Corridor garapan MEDC telah disetujui untuk kembali ke skema cost recovery.  

Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan, skema cost recovery dalam amendemen kontrak tersebut memiliki persyaratan yang lebih baik untuk memastikan keekonomian pengembangan sumur baru dan mempertahankan kelanjutan eksplorasi di blok tersebut.  

“Perjanjian ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam menjamin masa depan Blok Corridor yang stabil dan berkelanjutan sehingga memberikan manfaat besar bagi bangsa, MedcoEnergi, mitra dan seluruh pemangku kepentingan,” kata Ronald dikutip dari siaran pers, Kamis (14/12/2023).  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper