Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2 Proyek EOR Blok Rokan Disetujui, Investasi Tembus Rp5,18 Triliun

Rencana pengembangan proyek enhanced oil recovery (EOR) di dua lapangan migas Blok Rokan telah disetujui dengan total investasi Rp5,18 triliun.
Fasilitas produksi Blok Rokan yang kini dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (dulu dikelola PT Chevron Pacific Indonesia), Minas, Riau.Dok: SKK Migas
Fasilitas produksi Blok Rokan yang kini dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (dulu dikelola PT Chevron Pacific Indonesia), Minas, Riau.Dok: SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) resmi menyetujui usulan rencana pengembangan atau plan of development (PoD) chemical enhanced oil recovery (EOR) Lapangan Minas Tahap-1 (Area-A) yang dikelola oleh  PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan investasi Rp1,48 triliun pada 14 Desember 2023. 

Sebelumnya, persetujuan PoD juga diberikan kepada PHR untuk rencana Steamflood EOR Lapangan Rantaubais Tahap-1 dengan nilai investasi Rp3,7 triliun. 

Kedua proyek EOR itu merupakan bagian dari pemenuhan komitmen kerja pasti (KKP) di Blok Rokan yang telah dibuat pada saat alih kelola blok pada 9 Agustus 2021 dari Chevron. 

Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, persetujuan dua proyek EOR yang berbeda jenis ini menunjukkan keseriusan SKK Migas dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk mengimplementasikan kegiatan EOR dari wilayah kerja (WK) yang sebelumnya telah diidentifikasi memiliki potensi lapangan-lapangan yang menjadi kandidat proyek EOR. 

“Persetujuan dua PoD EOR di akhir 2023 ini menunjukkan bahwa kita semua komitmen untuk menyelesaikan secara tuntas, begitu memasuki 2024 menjadi tahun eksekusi untuk implementasi proyek-proyek EOR yang sudah ditunggu oleh banyak pihak” kata Benny seperti dikutip dari siaran pers, Senin (18/12/2023).

Melalui persetujuan POD ini, Minas akan menjadi lapangan pertama di Indonesia yang mengimplementasikan metode chemical EOR (CEOR) pada skala komersial dengan menggunakan bahan kimia injeksi alkali-surfaktan-polimer (ASP). 

Komersialisasi proyek CEOR Lapangan Minas ini merupakan tonggak bersejarah setelah perjalanan panjang pengembangan proyek CEOR yang diinisiasi oleh operator Wilayah Kerja Rokan sebelumnya (Caltex/Chevron) dengan penelitian-penelitian intensif sejak tahun 2000-an dalam upaya mencari formulasi surfaktan yang cocok dengan karakteristik Lapangan Minas. 

CEOR merupakan salah satu metode pengurasan lapangan minyak tahap tersier yang dilakukan dengan menginjeksikan bahan kimia tertentu (polimer atau surfaktan-polimer) secara berpola dari sumur injeksi untuk mengubah karakteristik fluida dan batuan reservoir sehingga dapat melepaskan minyak yang terikat di batuan agar dapat mengalir ke sumur produksi. 

Metode CEOR diimplementasikan di Lapangan Minas setelah secara maksimal memproduksikan minyak menggunakan metode pengurasan primer serta sekunder (waterflood). Pada Proyek CEOR Minas Tahap 1 ini akan digunakan pattern-pattern berukuran 18 acres dengan pola injeksi inverted irregular 7-spot dengan target injeksi pada Formasi Reservoir Bekasap dan Bangko.  

Perkiraan cadangan minyak tambahan dari pengembangan CEOR Tahap-1 di Lapangan Minas ini mencapai 2,24 juta barel. Adapun, puncak produksi minyak pada proyek ini nantinya diperkirakan mencapai 1,566 barel minyak per hari (bopd). 

Proyek ini merupakan tahap awal (proof of expandability) pengembangan CEOR dalam rangka menuju skala lapangan penuh (fullfield scale) di Lapangan Minas yang diidentifikasi memiliki total potensi tambahan cadangan minyak mencapai 500 juta barel pada saat pengembangan skala penuh.

Benny menambahkan bahwa PoD CEOR Minas tahap 1 ini sangat penting sebelum menuju investasi yang lebih masif melalui PoD-PoD tahap berikutnya, informasi yang diperoleh pada tahap ini diperlukan untuk memitigasi risiko pada saat pengembangan lapangan skala penuh (full scale) nantinya.

Pada pengembangan lapangan ini akan banyak memanfaatkan sumur-sumur existing sebagai upaya efisiensi biaya proyek, meskipun tetap akan diperlukan pengeboran sebanyak lima sumur pengembangan baru untuk membentuk pola injeksi tertentu. 

Fasilitas produksi dan injeksi chemical di permukaan juga telah diefisiensikan dengan memanfaatkan fasillitas yang digunakan pada proyek surfactant field trial (SFT-2) pada tahun 2015. Total biaya investasi yang diperlukan pada proyek ini mencapai Rp1,48 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper