Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia (World Bank) dalam Indonesia Economic Prospects Desember 2023 memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5% pada tahun ini.
Perkiraan tersebut meningkat 0,1 persen poin dari proyeksi sebelumnya, pada Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi April 2023, yang diperkirakan sebesar 4,9%.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia diperkirakan tetap stabil dalam lingkungan global yang penuh tantangan saat ini.
“Indonesia tetap menjadi the bright spot dalam perekonomian dunia. Pertumbuhan PDB [Indonesia] didukung oleh pulihnya konsumsi swasta, yang pada gilirannya mendorong sektor jasa, khususnya transportasi, komunikasi dan pariwisata,” katanya dalam acara peluncuran IEP Edisi Desember 2023, Rabu (13/12/2023).
Satu menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang stabil ini didukung dengan defisit transaksi berjalan dan anggaran yang kecil, utang publik yang rendah, cadangan devisa yang memadai, serta pembiayaan eksternal yang stabil.
Bank Dunia memperkirakan kinerja perekonomian ini akan menjadi penyangga ekonomi makro yang kuat bagi Indonesia terhadap guncangan apapun.
Baca Juga
Namun demikian, menurutnya, pemerintah perlu mewaspadai berakhirnya booming komoditas dan prospek kenaikan suku bunga global yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Hal ini akan menjadi tantangan yang besar bagi perekonomian global dan negara-negara di dunia.
Kondisi ini pun, kata Satu, dapat membatasi ruang gerak kebijakan fiskal dan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk di Indonesia.
“Dalam konteks ini, tantangan bagi Indonesia adalah membangun pondasi ekonomi makro yang kuat untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, lebih hijau, dan lebih inklusif,” kata dia.
Di sisi global, Satu menyampaikan bahwa perekonomian dunia tengah bergulat dengan ketidakpastian geopolitik dan inflasi yang tinggi.
Kedua faktor ini dinilai akan menghambat pertumbuhan global dan perdagangan internasional. Sementara itu, pengetatan moneter yang agresif di negara-negara maju, telah meningkatkan biaya pembiayaan, memicu arus modal, dan memberikan tekanan mata uang di pasar-pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih lanjut, dunia menghadapi tantangan inflasi yang kembali meningkat, karena ketegangan politik di Timur Tengah berdampak pada harga energi global dan dampak dari El Nino yang mengganggu rantai pasokan pangan global.