Bisnis.com, TANJUNG SELOR—PT Kayan Hydro Energy (KHE) menargetkan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA Kayan Cascade rampung pada 2035. Nantinya, PLTA tersebut akan diprioritaskan untuk menopang kebutuhan sumber energi listrik kawasan industri.
Adapun, PLTA Kayan dengan kapasitas 9.000 megawatt (MW) tersebut diklaim bakal menjadi pembangkit listrik tenaga air yang terbesar di Asia Tenggara. Total nilai investasinya mencapai US$17,8 miliar atau setara Rp275,9 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS).
Jika diperinci, tahap pertama PLTA Kayan berkapasitas 900 MW, tahap kedua 1.200 MW, tahap ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW, dan tahap kelima 3.300 MW.
Direktur Operasional Kayan Hydro Energy Khaeroni mengatakan, untuk kapasitas bendungan 1 Kayan mencapai 900 MW, yang sebagian besar akan masuk ke kawasan industri hingga Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
PLTA Kayan nantinya akan menyalurkan listrik untuk kawasan industri hijau Indonesia (KIHI) di Kalimantan Utara, yang juga dikelola oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) dan PT Indonesia Strategis Industry (ISI).
“Kalau total 9.000 MW, bicara menaungi kita bisa support se-Kalimantan, tapi kita kembali lagi kalau bicara industri, sebagian besar terserap ke industri,” kata pria yang akrab disapa Roni di Kalimantan Utara, Minggu (10/12/2023).
Baca Juga
Dia menerangkan bahwa suplai listrik hijau dari PLTA Kayan ke IKN nantinya juga akan turut menggunakan jaringan transmisi listrik milik PT PLN (Persero). Namun, ia belum bisa menyampaikan lebih detail soal itu.
"PLN kan sudah ada transmisi tuh, yang Kalimantan juga terkoneksi itu juga sekalian ini, termasuk infrastruktur EBT atau energy green di IKN," kata dia.
Untuk mencapai tenggat pembangunan infrastruktur tersebut, lanjutnya, KHE juga telah mengantongi sejumlah perizinan atau paling tidak sebanyak 30 lebih jenis perizinan.
"Semua sudah selesai, kalau sudah terbit izin pembangunannya itu sudah terpenuhi, izin konstruksi otomatis semua sudah terpenuhi. Selesai kerja diversion kita sudah bisa konstruksi," jelas Roni.
Dia menjelaskan, diversion telah dilakukan sekitar 3-4 bulan lalu. Pengerjaan dilakukan lewat proses peledakan atau blasting di lokasi proyek. Dia menargetkan pengerjaan pengalihan sungai akan tuntas pada 6-8 bulan.
Roni mengatakan, KHE saat ini rutin melakukan proses peledakan di lokasi proyek setiap hari selama 4 bulan. Meskipun, perusahaan tetap tidak sembarang melakukan blasting lantaran Sungai Kayan masih dipakai sebagai jalur transportasi oleh masyarakat Dayak setempat.
"Pada saat blasting ini harus ada blocking hulu sungai dan hilir sungai. Jadi titik aman masyarakat lewat itu kita blocking, ada informasi jam ledakan kita pasang di desa-desa setempat, sudah kita sosialisasikan," kata dia.
Untuk itu, pihaknya juga akan bekerjasama dengan petuga Polri dan TNI untuk mengamankan area hulu dan hilir sehingga tidak akan mengganggu aktivitas masyarakat saat melintasi sungai.