Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) mengungkap minimnya pemanfaatan insentif fiskal berupa tax holiday untuk industri pionir, khususnya logam dan mesin. Insentif yang dikeluarkan pada 2018 itu bertujuan untuk menarik penanaman modal baru industri.
Adapun, kebijakan insentif tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 150/ PMK 010/ 2018 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Kebijakan tersebut berlaku untuk 17 industri pionir yang melakukan penanaman modal minimal Rp500 miliar.
Chairman of Gamma Dadang Asikin, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum ada yang memanfaatkan kemudahan tersebut. Padahal, semestinya tax holiday dapat mendorong investasi baru di kalangan pelaku usaha industri logam dan mesin.
"Tax holiday itu pemerintah sudah membuka tetapi memang penyerapan atau aplikasinya sedikit. Saya tidak tahu apakah memang tidak ada inovasi dari sisi inovasi barang industri baru tersebut atau pengurusannya yang susah," kata Dadang, Rabu (6/12/2023).
Dia pun melihat fasilitas tax holiday penting karena memproduksi output-output yang akan dipakai industri hilir. Dengan tax holiday, investor yang mengajukan produk industri baru akan mendapatkan insentif tersebut.
Alih-alih tax holiday, Dadang menilai insentif untuk kegiatan research and development (R&D) berupa tax allowance lebih manjur untuk memikat investor.
Baca Juga
Apalagi, R&D menjadi kebutuhan vital bagi industri permesinan yang orientasinya pada industri berskala besar, di mana inovasi berupa metode aplikasi dan pemilihan bahan harus disesuaikan kebutuhan industri pengguna.
"Jadi kalau dimasukkan ke dalam struktur perusahaan, cost-nya itu katakanlah sekian itu bisa di kompensasi dengan insentif pajak, itu salah satu yang ingin kita dorong," tuturnya.
Di sisi lain, menurut Dadang, infrastruktur pendukung aktivitas industri juga menjadi penting untuk mendorong minat investor logam dan mesin. Dalam hal ini dia mencontohkan kebutuhan infrastruktur pipa gas untuk kawasan industri.
Lebih lanjut, percepatan pembangunan infrastruktur pendukung industri dapat mendorong hilirisasi, sehingga industri logam tidak lagi bergantung pada impor bahan baku.
"Industri logam tantangan paling berat itu bahan baku, kita membuat mesin di pabrikasi sangat tergantung pada rantai pasok bahan baku yang masih impor," ungkapnya.