Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan 2023. Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya ekstra untuk menjaga kepercayaan sektor usaha dan pemilik modal pada fase transisi kepemimpinan tahun depan.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menjelaskan, dengan asumsi best case scenario di mana proses transisi kepemimpinan berjalan mulus, fundamental ekonomi tetap optimal, serta tidak adanya guncangan eksternal, pertumbuhan ekonomi tahun depan diprediksi akan berada di kisaran 5% atau sedikit lebih tinggi.
Sementara itu, Apindo memproyeksikan inflasi tidak akan lebih dari 3,5% dan dapat dikendalikan dengan optimal selama faktor nilai tukar dan harga komoditas energi serta pangan global tetap stabil sepanjang tahun.
Adapun, dia berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak lebih dari Rp15.500 per dolar AS. Dia mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi menguat pada semester II/2024.
“Nilai tukar bisa menguat pada paruh kedua tahun 2024 atau setidaknya di kuartal IV/2024 karena meningkatnya kepastian iklim usaha pasca terpilihnya pemimpin negara yang baru,” kata Shinta kepada Bisnis pada Rabu (29/11/2023).
Namun, dia juga mengingatkan proyeksi tersebut dapat tercapai dengan kolaborasi pemerintah, masyarakat, serta stakeholder terkait lainnya dalam memastikan aktivitas ekonomi nasional berjalan secara normal dan produktif sepanjang periode pemilihan umum yang termasuk dalam fase transisi pada 2024.
Baca Juga
Apindo pun berharap seluruh proses transisi bisa berjalan lancar sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dia juga berharap pemerintah dapat memastikan regulasi-regulasi yang sudah ditetapkan bisa dijalankan sesuai amanatnya di lapangan agar ketidakpastian iklim usaha atau investasi dapat dikendalikan
Shinta menambahkan, tantangan terbesar untuk prospek ekonomi dan pasar keuangan Indonesia pada 2024 adalah penciptaan kepercayaan terhadap iklim usaha dan investasi. Hal tersebut khususnya karena Indonesia kerap memiliki celah (gap) yang besar antara kebijakan di atas kertas dan implementasinya di lapangan.
“Sehingga underlying trust-nya yang susah payah diciptakan di masa non-transisi akan semakin sulit diciptakan pada fase transisi," katanya.
Apindo memproyeksikan sepanjang 2024 level persepsi pasar terhadap ketidakpastian iklim usaha atau investasi di Indonesia akan mencapai puncaknya. Hal ini akan membuat pengusaha atau investor cenderung mengambil sikap menunggu atau wait and see dibandingkan dengan tahun ini.
Selain itu, Shinta mengatakan, pelaku pasar keuangan juga akan lebih spekulatif sehingga rentan menciptakan volatilitas tinggi di pasar keuangan. Hal ini akan berdampak negatif terhadap stabilitas makro, realisasi investasi, dan kegiatan usaha atau penciptaan produktivitas di Indonesia.
“Ini akan sangat kontraproduktif terhadap kebutuhan penciptaan pertumbuhan ekonomi,” kata Shinta.