Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Soroti Potensi Inflasi Pangan dan Energi Imbas Gejolak Ekonomi Global

Isu-isu global seperti perang di Ukraina dan Gaza, tren suku bunga tinggi, gejolak ekonomi China, dan dampak perubahan iklim turut menjadi sorotan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam agenda penyerahan DIPA dan Daftar Alokasi Transfer Ke Daerah Tahun Anggaran 2024. Dok Kemenkeu RI
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam agenda penyerahan DIPA dan Daftar Alokasi Transfer Ke Daerah Tahun Anggaran 2024. Dok Kemenkeu RI
Bisnis.com, JAKARTA – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menekankan perlunya mitigasi potensi inflasi di beberapa sektor, seiring masih berlangsungnya tren gejolak perekonomian global di tengah kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja. 
Isu-isu global seperti masih berlangsungnya perang di Ukraina dan Gaza, tren suku bunga tinggi Amerika Serikat (AS), gejolak ekonomi dan krisis properti di China, juga dampak perubahan iklim akibat pemanasan global, perlu terus menjadi sorotan para pemangku kepentingan.
“Sehingga saya selalu ingin menghadiri konferensi, summit, pertemuan-pertemuan internasional, karena memang ingin mendengar ini sebetulnya mau lari ke mana? Perangnya masih lama atau besok bisa berakhir? Dampaknya apa terhadap ekonomi kita, dampaknya apa terhadap pangan di negara kita, dan dampaknya apa terhadap energi, terutama yang berkaitan dengan harga,” ujarnya dalam Acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di kompleks perkantoran Bank Indonesia (BI), Rabu (29/11/2023) malam.
Sebagai contoh, berkaitan perang di Gaza, Jokowi mengungkap pandangannya setelah dua kali melawat ke Arab Saudi baru-baru ini, di mana salah satunya untuk menghadiri KTT Organisasi Kerja sama Islam (OKI) yang dihadiri 57 negara. 
“Akhir summit, saya dalam hati menyimpulkan bahwa memang perangnya tidak mungkin disetop dalam waktu dekat. Oleh sebab itu, dampak dari perang yang ada harus sama-sama kita antisipasi. Karena kalau sudah yang namanya perang, ini ganggunya ke mana-mana. Gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi, semuanya akan terdampak,” tambahnya. 
Sementara itu, dampak dari krisis iklim akibat pemanasan global juga telah mulai berpengaruh besar buat Indonesia. Antara lain, terkait penurunan produksi pangan di Tanah Air, serta tren pembatasan ekspor terkait pangan dari beberapa negara. 
“Pemanasan global betul-betul kita rasakan. Sebabnya produksi pangan kita sedikit menurun, dan 22 negara membatasi ekspor pangan. Dadakan lagi ini. Dulu, yang namanya impor beras, semua negara menawarkan, saya punya stok, saya punya stok, saya punya stok. Sekarang, 22 negara stop ekspor dan membatasi ekspor pangan,” ungkap Jokowi.
Namun, Jokowi menekankan masih bangga pertumbuhan ekonomi nasional masih terjaga di kisaran 5 persen. Capaian ini patut disyukuri karena lebih baik ketimbang negara seperti Malaysia yang tumbuh 3,3%, AS tumbuh 2,9%, Korea Selatan 1,4%, serta negara-negara Uni Eropa yang hanya tumbuh sekitar 0,1%. 
“Inflasi juga masih cenderung stabil 2,6%. Hanya, hati-hati ini untuk pangan, utamanya beras. Artinya apa? Kita harus optimis, tetapi tetap harus waspada, tetap harus hati-hati. Waspada pada perubahan yang super cepat, perubahan terhadap disrupsi teknologi yang juga super cepat. Antisipasi terhadap semua skenario ke depan. Cepat dalam respon setiap perubahan. Misalnya, untuk inflasi, cek terus di lapangan,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper