Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia optimistis tekanan di pasar keuangan domestik yang mulai mereda akan berpengaruh terhadap tren atau menggeliatnya masuk aliran modal asing.
Dia juga menegaskan bahwa geliat ini terlihat pula dari indikator lain, seperti nilai tukar rupiah yang kembali menguat hingga penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN).
“Kalau makin stabil nilai tukar kita di angka Rp15.000 [per US$1] itu kan angka yang cukup baik sebenarnya dan itu akan memacu tingkat keyakinan investor kepada negara kita. Untuk FDI [Foreign Direct Investment] sampai sekarang masih tetap tumbuh seperti apa yang menjadi perencanaan kita pada tahun ini,” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (27/11/2023).
Sekadar informasi, secara year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah per 22 November 2023 tercatat mengalami apresiasi 1,88% terhadap dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar mata uang juga terjadi di banyak negara, terutama disebabkan oleh indeks dolar AS yang mengalami penguatan akibat dari kenaikan suku bunga the Fed yang cukup drastis.
Kenaikan suku bunga yang tinggi di AS pun memicu aliran modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Alhasil, Indonesia dalam hal ini cukup beruntung karena masih mendapatkan capital inflow masih positif, terutama untuk pembelian SBN.
Hingga 22 November 2023, tercatat terjadi capital inflow sebesar Rp45,01 triliun secara ytd di pasar keuangan domestik. Pasar SBN pun mulai menunjukkan tren positif di tengah kondisi pasar keuangan yang masih volatile, tercermin dari inflow sebesar Rp12,69 triliun pada November 2023, setelah mengalami outflow pada periode Juli hingga Oktober.
Baca Juga
Secara ytd, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pun mencatat terjadi capital inflow di pasar SBN sebesar Rp60,88 triliun. Sementara pada periode yang sama, di pasar saham terjadi outflow sebesar Rp15,87 triliun.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun mengalami penurunan, dari 7,09% pada 31 Oktober 2023 menjadi 6,64% pada 22 November 2023.