Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan BI Diramal Tetap, Ini 3 Indikator Ekonomi RI Terbaru yang Perlu Dicermati

Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 6% pada Rapat Dewan Gubernur November 2023.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia

Tekanan Moderat ke Rupiah

Riefky menyampaikan, didorong oleh sikap the Fed yang hawkish, ditambah dengan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian akibat agresi Israel dan perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, investor memindahkan asetnya dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Akibatnya, terjadi arus keluar modal dari obligasi dan pasar saham sebesar US$300 juta antara pertengahan Oktober 2023 dan pertengahan November 2023. 

Hal ini tercermin dari peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 1 tahun dari 6,27% pada pertengahan Oktober 2023 menjadi 6,44% pada pertengahan November 2023. 

Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun turun dari 6,94% pada pertengahan Oktober 2023 menjadi 6,78% pada pertengahan November 2023, menunjukkan adanya pergeseran preferensi investor terhadap aset jangka panjang.

Pada bulan lalu pun, BI secara mengejutkan memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,00% karena pelemahan Rupiah yang cepat hingga hampir mencapai Rp16.000 per dolar AS pada Oktober 2023, level terlemah sejak April 2020.

Keputusan Bank Indonesia yang dikombinasikan dengan keputusan the Fed tersebut kata Riefky menghasilkan apresiasi rupiah sebesar 1,15% menjadi Rp15.530 per dolar AS pada 15 November 2023 dibandingkan dengan level yang tercatat pada 16 Oktober 2023. 

“Penguatan Rupiah saat ini juga sebagian disebabkan oleh perangkat instrumen kebijakan baru yang diperkenalkan pada Agustus 2023 oleh BI, yaitu Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” katanya.

Tercatat, selama pekan kedua November 2023, non-residen membukukan arus masuk bersih ke SRBI sebesar Rp1,17 triliun dan arus masuk bersih ke pasar SBN sebesar Rp1,73 triliun, mengkompensasi arus keluar dari pasar saham sebesar Rp1,34 triliun.

Riefky menambahkan, meskipun tertekan oleh penguatan dolar AS, rupiah terapresiasi sebesar 0,9% (ytd), mencerminkan kinerja lebih baik dibandingkan sebagian besar mata uang negara-negara berkembang.

Kenaikan suku bunga yang tidak terduga oleh BI pada bulan lalu, imbuhnya, berhasil meredakan tekanan baru terhadap Rupiah. 

Meskipun arus modal keluar masih diperkirakan terjadi karena meningkatnya ketidakpastian di pasar global, melambatnya permintaan global, dan sikap ‘higher for longer’ oleh the Fed untuk jangka waktu yang lebih lama, rupiah kini relatif terkendali dan menunjukkan pola apresiasi selama sebulan terakhir. 

Selain itu, the Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga acuannya, sehingga memberikan ruang bagi BI untuk tidak mengubah suku bunganya. 

“Tingkat inflasi yang berada di bawah 3% dan surplus neraca perdagangan juga menjadi alasan bagi BI untuk mempertahankan suku bunga pada level saat ini. Pertumbuhan di bawah 5% juga memberikan faktor pendukung lain bagi BI untuk mempertahankan tingkat suku bunga saat ini,” jelas Riefky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper