Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ramal Sektor Jasa Bakal Jadi Tulang Punggung Ekonomi Tahun 2024

Sektor jasa masih akan melanjutkan tren positif pada 2024 di tengah bayang-bayang ketidakpastian global.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat dan lalu lintas di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat dan lalu lintas di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad melihat sektor jasa masih akan melanjutkan tren positif pada 2024 di tengah bayang-bayang ketidakpastian global. 

Sektor tersebut juga diproyeksi bakal menjadi penopang meski ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah berlanjut, dan dihadapi dengan perlambatan ekonomi mitra dagang utama. 

“Sektor yang memberikan tingkat pertumbuhan yang tinggi dari sektor jasa. Saya lihat trennya masih sama, yaitu pengangkutan, transportasi, sektor akomodasi makanan minuman, sampai tahun depan masih tumbuh tinggi,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (22/11/2023). 

Melihat kontribusinya, sektor transportasi dan pergudangan pada kuartal III/2023 yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yaitu mencapai 14,74% year-on-year (yoy), menjelaskan 5,98% terhadap pertumbuhan ekonomi RI. 

Sementara sektor jasa lainnya tumbuh 11,14% dan diikuti akomodasi dan makan minum tumbuh 10,90%. Sementara pada periode tersebut, manufaktur mampu tumbuh sebesar 5,2%. 

Di samping itu, sektor industri atau manufaktur yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (18,75%), akan menghadapi tantangan berat terutama yang berorientasi ekspor, khususnya alas kaki dan pakaian. 

Hal tersebut telah tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Oktober yang mencatat nilai ekspor nonmigas ke China dan AS kompak kontraksi masing-masing sebesar 6,85% dan 11,77% (yoy). 

Tauhid mengungkapkan hal tersebut sejalan dengan perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama, yaitu Amerika Serikat dan China.  

Bank Dunia bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China pada 2024 yang sebesar 4,4%, di bawah outlook 2023 sebesar 5,1%. Sementara menurut IMF, ekonomi AS diproyeksikan turun dari outlook 2023 sebesar 2,1% menjadi 1,5%. 

“Kalau industri yang lain masih bagus, namun yang negatif adalah alas kaki, pakaian, furniture, dan barang dari karet. Itu yang masih masalah karena pasar dunia lagi buruk sampai tahun depan, belum begitu bagus,” lanjut Tauhid. 

Dengan demikian, Tauhid melihat kondisi ekonomi mitra dagang utama yang turun, otomatis berdampak pada beberapa sektor dengan pasar ekspor ke negara tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sebelumnya telah mengungkapkan tiga tantangan perekonomian global saat ini terutama dipicu oleh volatilitas pasar keuangan, tensi geopolitik di Timur Tengah, hingga ekonomi China yang melambat.

Sri Mulyani mengatakan risiko dan ketidakpastian global yang meningkat tersebut akan memberikan dampak spillover ke dalam negeri yang berpotensi mempengaruhi nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.

“Ini akan mempengaruhi Indonesia karena perekonomian China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia itu menjadi motor pertumbuhan ekspor dari banyak negara, termasuk Indonesia,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper