Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah investor pengembang ChatGPT, OpenAI, tengah menjajaki jalur hukum terhadap perusahaan setelah direksi menggulingkan CEO Sam Altman dan memicu potensi eksodus massal karyawan.
Melansir Reuters, Selasa (21/11/2023), para investor bekerja sama dengan para penasihat hukum untuk mempelajari pilihan-pilihan mereka. Menurut sumber Reuters, belum diketahui apakah para investor ini akan segera menuntut OpenAI.
Para investor khawatir bahwa ratusan juta dolar yang mereka investasikan di OpenAI dapat mengalami kerugian besar sebagai akibat dari apa yang tampaknya merupakan potensi runtuhnya startup kecerdasan buatan (AI) terpanas di sektor AI generatif yang berkembang pesat.
Pada hari Senin, sebagian besar dari lebih dari 700 karyawan OpenAI mengancam akan mengundurkan diri kecuali jika perusahaan mengganti dewan direksi.
Para dewan direksi OpenAI beralasan memecat Altman lantaran tidak secara konsisten jujur dalam komunikasinya dengan mereka yang menghambat kemampuan dewan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
“Dewan tidak lagi percaya pada kemampuannya untuk terus memimpin OpenAI,” tulis Open AI melalui keterangan resminya di laman perusahaan, dikutip Sabtu (18/11/2023).
Baca Juga
Apa yang membuat kasus ini tidak biasa bagi investor modal ventura, yang biasanya memegang kursi dewan atau hak suara dalam portofolionya, adalah OpenAI dikendalikan oleh perusahaan induk nirlaba OpenAI Nonprofit, yang dibuat untuk memberi manfaat bagi kemanusiaan, bukan investor OpenAI.
Profesor hukum University of Connecticut Minor Myers mengatakan kondisi ini menyebabkan karyawan memiliki lebih banyak pengaruh daripada pemodal ventura yang membantu membayar gaji mereka.
Microsoft tercatat memiliki 49% saham di OpenAI, sementara investor dan karyawan lainnya memiliki 49% saham, dan 2% saham dimiliki oleh induk perusahaan nirlaba OpenAI.