Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja pasar industri makanan dan minuman disebut tengah mengalami pelemahan sehingga efisiensi karyawan tak terhindar. PT Nestle Indonesia baru-baru ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan di Pabrik Nestle Kejayan (SBNIK).
Keputusan tersebut mengundang kekecewaan yang berujung aksi demokrasi para pekerja di Kantor Pusat Nestle Indonesia Jakarta dan Pabrik Nestle Indonesia Kejayan, pada Senin (13/11/2023) lalu.
Presiden Federasi Serikat Buruh Makanan dan Minuman (FSBMM) Dwi Haryoto mengatakan aksi demonstrasi SBNIK dilakukan untuk memastikan pekerja yang terkena PHK diperlakukan secara adil dan diberikan kesempatan dalam program efisiensi.
"Efisiensi itu dapat dimengerti, tetapi harus bersifat sukarela dalam hal ini, bukan dipaksa. Namun, pekerja berharap mereka diberikan kesempatan untuk tetap bekerja," kata Dwi kepada Bisnis, Rabu (15/11/2023).
Menurut Dwi, PT Nestle Indonesia tidak mempromosikan paket sukarela terkait efisiensi ini. Padahal, semestinya dilakukan diskusi jauh-jauh hari, tidak langsung melakukan PHK dalam waktu singkat.
Namun, dia pun menyebutkan bahwa Nestle Indonesia berjanji akan memberikan pesangon dan penghargaan masa kerja terkait PHK. Di sisi lain, dia menampik alasan Nestle melakukan PHK karena kondisi pasar yang melemah.
Baca Juga
"Pasar makanan dan minuman, terlebih produk Nestle masih cukup bagus, karena produk yang dihasilkan dan dijual merupakan produk kesehatan yang dibutuhkan banyak masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, Manajemen PT Nestle Indonesia mengatakan PHK terpaksa dilakukan karena perusahaan yang memproduksi Dancow hingga Bearbrand itu menghadapi berbagai tantangan signifikan di pasar sehingga mempengaruhi volume produksi pabrik di berbagai kategori produk.
Oleh karena itu, PHK dilakukan kepada 126 karyawan pada 31 Oktober 2023 lalu. Nestle menyebut langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari transformasi bisnis yang dilakukan perusahaan.
"Dengan sangat menyesal, beberapa peran karyawan akan terdampak sebagai hasil dari perubahan ini, di salah satu pabrik kami, Kejayan, dikarenakannya sudah tidak adanya peran di dalam transformasi bisnis ini," kata manajemen PT Nestle Indonesia, dikutip Rabu (15/11/2023).
Dengan situasi tersebut, Nestle melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebutuhan dan tuntutan pasar. Hal ini dilakukan dengan mendesain kembali organisasi untuk menjaga kelangsungan bisnis dan keberlanjutan operasional.
"Kami telah meninjau dan mempertimbangkan seluruh pilihan yang ada sebelum pada akhirnya mengambil keputusan akhir yang sangat berat ini," ujar manajemen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri mamin mencapai 3,28% pada triwulan III/2023, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 4,62%.