Bisnis.com, JAKARTA - Deutsche Bank akan berinvestasi lebih banyak di pasar Asia Pasifik untuk mencari lebih banyak klien di tengah ketegangan China-AS dan untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di kawasan tersebut.
Sang CEO bank terbesar di Jerman, Christian Sewing, menuturkan bahwa terdapat arah yang lebih banyak pada kawasan Asia Pasifik. Kawasan Asia sendiri menawarkan margin keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lain.
“Dari perspektif alokasi modal, alokasi teknologi, dan alokasi sumber daya manusia, terdapat arah lebih banyak sumber daya ke Asia Pasifik,” jelasnya, seperti dikutip dari Reuters, pada Kamis (9/11/2023).
Deutsche Bank sendiri telah beroperasi di 15 pasar di Asia Pasifik dan memperoleh sekitar 15% pendapatan globalnya di wilayah ini.
Adapun, Bank juga telah mempekerjakan sekitar 60 direktur pelaksana untuk bisnis originasi dan penasihat bank investasi globalnya sepanjang 2023. Sepertiganya berada di Asia, dan sebagian besarnya berbasis di Hong Kong dan China daratan.
Kemudian, ia juga mengungkapkan bahwa permintaan saran dari klien Asia Pasifik jauh lebih tinggi jika dibandingkan dua atau tiga tahun lalu.
Baca Juga
Karena adanya ketidakpastian geopolitik dan keinginan perusahaan untuk mendiversifikasikan hubungan perbankan mereka, maka Sewing mengatakan bahwa klien ingin bekerja sama setidaknya dengan satu bank Eropa.
Rekan-rekan Deutsche Bank di Wall Street juga semakin berada dalam posisi yang sulit lantaran ketegangan China-As yang masih ‘membara’ dan skenario pemisahan AS-China semakin membebani kepercayaan perusahaan untuk memiliki eksposur terhadap keduanya.
"Dalam setiap pertemuan klien saya mendengar kalimat - mereka ingin mempunyai alternatif selain bank-bank AS," jelasnya, dan menuturkan bahwa hal tersebut adalah yang ingin perusahaan targetkan dan perebutkan.
Terkait mengenai perlambatan perekonomian China dan dampaknya terhadap bisnis bank, ia mengatakan bahwa target pertumbuhan tahunan sebesar 5% untuk China masih lebih tinggi dibandingkan target banyak negara lain.
Menurutnya, jika nantinya dalam beberapa tahun kedepan, walaupun terdapat ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi pada beberapa pasar, ia menilai bahwa Asia Pasifik akan tumbuh lebih cepat dibandingkan rata-rata dunia.
Ambisi bank tersebut di Asia Pasifik juga mengikuti penurunan drastis terhadap bisnisnya pada 2019, karena bank tersebut harus melakukan restrukturisasi secara global setelah ‘bergulat’ dengan kerugian yang terus berlanjut.
Adapun, pada saat itu, bank jua mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 18.000 staf, dengan pembubaran tim dan PHK di sebagian besar pasar Asia Pasifik.