Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengulik 'Senja Kala' Cadangan Nikel RI dan Prospek Pasar ke Depan

Kementerian ESDM berupaya memaksimalkan potensi cadangan nikel Indonesia yang diklaim telah menipis.
Lukman Nur Hakim,Nyoman Ary Wahyudi
Rabu, 8 November 2023 | 09:00
Ilustrasi proses penambangan Nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Ilustrasi proses penambangan Nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Klaim mengenai cadangan nikel Indonesia mulai menipis telah dibantah oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Unsur kimia metalik yang menjadi sumber bahan baku baterai tersebut memiliki prospek cerah seiring dengan transisi energi bersih.

Permintaan baterai lithium ion diperkirakan meningkat dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan pertimbuhan kebutuhan akan kendaraan listrik dan penyimpanan energi guna mendukung transisi energi.

Sebelumnya, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia menuturkan bahwa cadangan bijih nikel kadar tinggi di Indonesia mungkin akan habis dalam waktu sekitar 6 tahun. 

Bijih nikel Indonesia yang memiliki kadar tinggi sebesar 1,7% terutama digunakan untuk produksi nickel pig iron (NPI), bahan baku baja tahan karat, berisiko mengalami kekurangan bahan. Adapun, bijih nikel yang berkadar lebih rendah digunakan untuk membuat produk baterai kendaraan listrik. 

“Pemerintah perlu melakukan upaya pengendalian yang komprehensif terhadap ketahanan cadangan nikel, sehingga dapat mempertahankan strategi hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah,” jelas Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia Meidy Katrin Lengkey di Portugal, seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/10/23). 

Sebagaimana diketahui, penambangan dan peleburan nikel telah menjadi bagian utama perekonomian Indonesia. Investasi global senilai miliaran dolar telah mengalir ke Indonesia, setelah pemerintah melarang ekspor bijih yang belum diolah pada 2020. 

Umur dari cadangan bijih mineral sendiri berupa perkiraan. Hal ini karena eksplorasi baru dapat meningkatkan ukurannya, sementara teknologi baru dapat meningkatkan tingkat pengambilannya. 

Lengkey kemudian menuturkan bahwa salah satu solusi untuk Indonesia sendiri adalah mendorong pengolahan bijih nikel kadar rendah di dalam negeri, yang berlangsung selama 80 tahun. 

Dia juga mengingatkan bahwa terdapat wilayah yang belum dijelajahi di Indonesia, yang dapat menghasilkan cadangan lebih banyak.

Cadangan Nikel Masih Aman

Merespons hal tersebut, Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ing Tri Winarno mengatakan bahwa sampai saat ini, cadangan nikel Indonesia masih berada di angka 5 miliar ton.

Angka tersebut terbagi atas dua jenis, yaitu nikel kadar tinggi (saprolit) sebanyak 3,5 miliar ton dan nikel kadar rendah (limonit) sebanyak 1,5 miliar ton.

“Jadi secara itu masih aman lah [cadangan nikel],” kata Tri Winarno saat ditemui di kompleks parlemen Senayan, Senin (6/11/2023).

Kementerian ESDM telah memiliki mekanisme lelang wilayah untuk memungkinkan menambah cadangan nikel. Di sisi lain, lembaga riset juga telah diberi penawaran untuk melakukan penelitian eksplorasi soal cadangan nikel.

Seperti diketahui, Kementerian ESDM mendorong kegiatan eksplorasi wilayah greenfield bijih nikel untuk meningkatkan umur dan cadangan mineral logam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper