Bisnis.com, JAKARTA - Industri pengolahan tengah menghadapi tantangan berat akibat turunnya permintaan global, khususnya industri yang berorientasi pada ekspor. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mulai terjadi di industri tekstil dan rentan terjadi di industri lainnya.
Di tengah kinerja sektor manufaktur yang membaik dengan pertumbuhan sebesar 5,20% pada triwulan III/2023, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,83%. Namun, tantangan global dan kondisi pasar domestik cukup berat.
Laporan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan beban berat industri pengolahan dalam 6 bulan terakhir perlu diwaspadai dampaknya terhadap efisiensi produksi dan gelombang PHK.
Beberapa subsektor industri yang mengalami pertumbuhan negatif dalam sejak Januari 2023 yakni industri tekstil dan pakaian jadi yang terkontraksi -2,72%, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki turun 2,96%, industri karet, barang dari karet dan plastik turun 4,34% dan industri furnitur turun -2,59%.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, mengatakan gelombang PHK pada triwulan III/2023 rentan terjadi sebab tak sedikit produsen yang menahan produksi karena lemahnya pesanan.
"Pekerja di sektor industri lainya juga was-was dihantui PHK karena situasi industri-industri produsen belum membaik," kata Ristadi kepada Bisnis, dikutip Rabu (8/11/2023).
Baca Juga
Meskipun demikian, dia tidak menyebutkan spesifik industri pengolahan lain yang rentan melakukan PHK massal.
Gelombang PHK juga merembet ke sektor ritel sebagai distributor produk-produk industri. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya usaha ritel yang gulung tikar.
Di sisi lain, dia mencontohkan permintaan barang tekstil dan produk tekstil (TPT) yang belum membaik bahkan masih cenderung menurun karena pasar domestik masih dikuasi barang-barang impor.
"Kebijakan pembatasan import terbaru belum banyak berpengaruh. Saya prediksi paling cepat 6 bulan kedepan baru ada pengaruh itu pun jika ada law enforcement secara serius," tuturnya.
Adapun, data KSPN periode Januari-Oktober 2023 terdapat 7 perusahaan TPT melakukan perumahan dan PHK pekerja dengan total jumlah 6.500 karyawan yang tersebar di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
"Ini masih terus update bisa bertambah. Perusahaan-perusahaan tersebut keberatan diekspose karena menyangkut trust perbankan dan buyer," ungkapnya.