Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan enam strategi utama untuk pertumbuhan kinerja sektor industri nasional. Adapun, hal ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasinal 2025-2045.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri pengolahan tumbuh 5,20% (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2023, lebih tinggi dari pertumbuhan periode yang sama tahun lalu 4,83%.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko. S. A. Cahyanto menerangkan strategi pertama yakni terkait dengan penerapan ekonomi hijau dan sirkulasi produksi industri berkelanjutan.
"Kedua, upaya ditekankan pada penguatan industri dasar dan rantai nilai domestik yang masih memiliki potensi besar untuk terus ditingkatkan," kata Eko dalam keterangan resminya, Senin (6/11/2023).
Adapun, strategi ketiga yakni komitmen pemerintah untuk kelanjutan program hilirisasi dalam rangka mendalami struktur industri, khususnya sektor tambah, agro, dan maritim yang menjadi fokus utama.
Keempat, peningkatan kompleksitas produk industri melalui riset, inovasi, serta kolaborasi dan adopsi teknologi menjadi stategi yang ditekankan. Termasuk, strategi optimalisasi dan peningkatan kualitas faktor-faktor produksi seperti SDM, infrastruktur konektivitas dan logistik.
Baca Juga
"Terakhir, pemerintah terus berusaha mengintegrasikan ekosistem pendukung industri melalui pengembangan ekosistem pembiayaan, reformasi perpajakan, dan perbaikan infrastruktur yang terkait standar," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, terdapat 10 jenis industri yang menjadi prioritas, termasuk industri logam dasar, industri barang modal, serta sektor andalan seperti industri pangan dan industri alat transportasi.
Dalam hal mendorong investasi industri, Kemenperin mendukung penerapan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu untuk sektor industri lain, sehingga investasi jangka panjang dapat dioptimalkan.
"Pemerintah Indonesia pun aktif menjalin kerja sama dengan negara mitra, seperti melalui forum Indo Pacific Economic Framework [IPEF], yang fokusnya adalah fasilitasi rantai pasok, bukan hanya tarif," pungkasnya.
Adapun, Eko menjabarkan strategi tersebut dalam Pertemuan The 11th Annual US-Indonesia Investment Summit dihadapan perwakilan dari berbagai lembaga dan perusahaan asal Amerika Serikat.