Bisnis.com, JAKARTA – Berkurangnya jumlah armada operasional LRT Jabodebek berimbas pada waktu kedatangan antarkereta (headway) yang semakin lama. Hal ini berpotensi mengurangi minat masyarakat untuk menggunakan moda transportasi ini.
Ketua Forum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana menilai berkurangnya jumlah armada operasional LRT Jabodebek seharusnya tidak terjadi pada tahap awal operasi moda transportasi ini.
Aditya menjelaskan, memasuki bulan kedua operasi komersial, LRT Jabodebek seharusnya sudah memasuki periode untuk menambah frekuensi perjalanan, mempersingkat headway, serta memperpanjang waktu operasional moda transportasi ini
Menurut Aditya, pengurangan jumlah armada operasional akan berdampak pada waktu kedatangan antarkereta yang semakin panjang. Hal ini akan memengaruhi kenyamanan warga dalam menggunakan layanan ini.
Dia menuturkan, masalah ini dapat berimbas pada menurunnya minat masyarakat untuk menggunakan LRT Jabodebek.
“Seharusnya ini [penurunan jumlah armada] tidak terjadi. Padahal, minat dan animo masyarakat saat ini juga sudah mulai terbentuk,” jelas Aditya pada Jumat (27/10/2023).
Baca Juga
Di sisi lain, Aditya juga menyadari bahwa masalah roda aus memang perlu ditindaklanjuti sesegera mungkin. Dia menuturkan, jika dibiarkan berlama-lama, roda aus dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan seperti kereta yang keluar jalur atau derailment.
Seiring dengan hal tersebut, Aditya mengimbau KAI dan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk turut terlibat untuk mempercepat proses perawatan kereta LRT agar moda transportasi ini dapat segera meningkatkan pelayanannya.
Dia mengatakan, KAI dan PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka dapat mempercepat proses pembelian roda-roda yang telah dipesan serta memastikan kualitasnya memenuhi standar terbaik. Selain itu, dia menilai proses bubut roda juga dapat dipercepat jika Kementerian Perhubungan (Kemenhub) segera menambah mesin bubut yang ada di bengkel LRT Jabodebek.
“Ke depannya, masalah ini harus menjadi lesson learned, baik untuk operator, produsen kereta, hingga kementerian/lembaga dalam membangun proyek infrastruktur transportasi massal,” jelas Aditya.
Sebelumnya, Manajer Humas KAI Divisi LRT Jabodebek Kuswardojo menyebut, tingginya waktu kedatangan antarkereta merupakan imbas dari 18 trainset yang memasuki masa perawatan akibat roda yang aus. Dia menuturkan, saat ini KAI menjalankan LRT Jabodebek dengan 9 rangkaian kereta dan 131 perjalanan per harinya.
Pengurangan frekuensi perjalanan berimbas pada waktu kedatangan antarkereta yang menjadi semakin lama. Kuswardojo mengatakan, headway LRT untuk jam sibuk adalah sekitar 30 menit-40 menit.
Sementara itu, waktu kedatangan antarkereta pada jam non-sibuk, atau pada pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB dapat lebih lama menjadi sekitar 1 jam.