Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah Berpotensi Tekan Kinerja Maskapai Penerbangan

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksi akan berimbas negatif pada kelangsungan usaha maskapai penerbangan.
Pelita Air menggunakan pesawat A320./ Dok. Istimewa
Pelita Air menggunakan pesawat A320./ Dok. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksi akan berimbas negatif pada kelangsungan usaha maskapai penerbangan

Pemerhati penerbangan sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) Alvin Lie menjelaskan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS salah satunya akan berdampak pada peningkatan biaya operasional maskapai penerbangan. 

Dia memerincikan tiga unsur utama dalam biaya operasional maskapai adalah bahan bakar atau avtur dengan porsi terbesar sebanyak 36%. 

Selanjutnya, biaya pemeliharaan (maintenance) mencakup sekitar 16%, dan biaya sewa pesawat atau penyusutannya sebesar 14%. Ketiga unsur ini mencakup sekitar 66% dari total biaya operasional maskapai. 

"Ketiga aspek ini tidak terlepas dari nilai tukar karena pembayaran untuk suku cadang atau bahan bakar pasti menggunakan valuta asing. Ketika rupiah melemah, ini menjadi beban yang cukup serius bagi maskapai penerbangan," kata Alvin di Jakarta pada Jumat (27/10/2023).

Dia melanjutkan, pelemahan nilai tukar juga akan berimbas pada penerimaan maskapai. Hal ini karena kontribusi penerimaan terbesar maskapai penerbangan Indonesia berasal dari rute domestik yang dihitung menggunakan mata uang rupiah. 

Di sisi lain, biaya-biaya operasional yang dikeluarkan oleh maskapai akan dibayarkan dengan mata uang asing sehingga maskapai juga berpotensi mengalami kerugian dari pengoperasian sebuah rute. 

"Karena banyak biaya dalam dolar AS, jadi kemungkinan di atas kertas terlihat laba, tetapi sebenarnya praktiknya belum tentu demikian," ujar Alvin. 

Maskapai penerbangan PT Pelita Air Service (Pelita Air) menyebut tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum memengaruhi operasional perusahaan.

Maskapai penerbangan entitas anak PT Pertamina (Persero) tersebut juga optimistis potensi kenaikan biaya operasional akibat pelemahan nilai tukar ini dapat ditutupi dengan potensi kenaikan penumpang selama masa libur akhir tahun.

Adapun, berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (27/10/2023) pada pukul 12.13 WIB, nilai tukar rupiah terpantau turun 0,18% atau 28 poin ke Rp15.947,5 per dolar AS. 

Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan menjelaskan, sejauh ini tren pelemahan nilai tukar rupiah belum memiliki dampak signifikan terhadap operasional perusahaan. 

Dia menuturkan, saat ini biaya operasional perusahaan masih terkendali. Hal tersebut karena biaya sewa dan perawatan pesawat yang hanya sekitar 30% dari total biaya operasi perusahaan jika dikonversi menjadi dolar AS.

“Artinya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sejauh ini sekitar 7% hanya menaikkan biaya operasional kami sebanyak 2,1%,” jelas Dendy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper