Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Industri Manufaktur Bisa Makin Sesak Napas

Indef memproyeksikan industri manufaktur bakal menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pelemahan rupiah.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman.

Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksi industri manufaktur bakal menjadi salah satu sektor yang paling terdampak usai rupiah mengalami tren pelemahan. 

Adapun, rupiah sempat melemah ke level Rp16.400 pada awal pekan ini. Akan tetapi, pagi ini, Selasa (25/6/2024) rupiah dibuka menguat parkir di level Rp16.380.

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti menyebut, dampak pelemahan itu paling terasa karena industri manufaktur bergantung besar pada bahan baku impor.

“Karena nilai tukar rupiah terhadap USD terdepresiasi sehingga industri manufaktur yang menggantungkan diri pada bahan baku impor akan sangat terdampak,” tuturnya dalam agenda Konferensi Tengah Tahun Indef di Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Sejalan dengan hal itu, Esther meminta pemerintahan ke depan dapat menjaga stabilitas rupiah guna memperkuat fundamental ekonomi Indonesia.

Nasib industri manufaktur juga kian menghadapi tantangan usai fungsi intermediasi sektor keuangan dalam negeri dinilai belum optimal. Esther menyebut, saat ini pemberian kredit pada perusahaan masih tersegmentasi pada kalangan dan sektor tertentu.

Di samping itu, margin bunga yang ditanggung pengusaha juga relatif tinggi sehingga hal itu diprediksi bakal mengganggu kelangsungan iklim usaha dalam negeri.

“NIM [perbankan] kita masih relatif tinggi, apalagi ini dengan adanya kebijakan tingkat suku bunga tinggi, nilai tukar sangat volatil, ini jadi beban yang nanti harus diurai pada pemerintahan presiden terpilih,” pungkas Esther.

Akan tetapi, sebelumnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap industri manufaktur, khususnya industri agro subsektor makanan dan minuman, pengolahan tembakau, biji kakao, hingga furnitur belum terkena dampak dari pelemahan rupiah.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, pihaknya belum mendapatkan laporan atau keluhan dari pelaku usaha industri meskipun nilai tukar rupiah saat ini berada di level Rp16.400 per dolar AS. 

"Nggak ada yang lapor, belum berdampak karena kita punya stok, jadi satu tahun itu kita sudah rencanakan supply-demand-nya karena biasanya ada batasan berapa persen di depan dan untuk berapa lama," kata Putu di Kantor Kemenperin, Kamis (20/6/2024). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper