Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Amerika Serikat (AS) pada kuartal III/2023 diproyeksikan bertumbuh dengan laju tercepat dalam hampir dua tahun, didukung pertumbuhan lapangan kerja yang tangguh, kekayaan yang meningkat, dan inflasi yang mereda.
Berdasarkan survei kepada para ekonom, Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tumbuh sebesar 4,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih dari dua kali lipat dari periode sebelumnya. Angka tersebut akan menjadi pertumbuhan paling cepat sejak 2021, ketika ekonomi pulih dari dampak pandemi.
“Konsumen AS telah mengejutkan sebagian besar prediksi, termasuk prediksi Federal Reserve, yang hampir memperkirakan konsumen AS akan melunak, namun ternyata tidak,” jelas CEO InterContinental Hotels Group, Elie Maalouf, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (26/10/23).
Krisis ekonomi ini dapat kabar baik bagi Presiden Joe Biden untuk meyakinkan masyarakatnya. Namun, hal ini menimbulkan sedikit kebingungan bagi Ketua The Fed Jerome Powell.
Diketahui bahwa pasar tenaga kerja yang kuat masih mendorong pengeluaran konsumen dan aktivitas bisnis semakin meningkat.
"[Tanda-tanda tambahan dari pertumbuhan yang tetap kuat] dapat menempatkan kemajuan lebih lanjut pada inflasi dalam risiko dan memerlukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut,” jelas Powell pada pekan lalu.
Baca Juga
Selain itu, Powell juga memberikan isyarat bahwa pembuat kebijakan mungkin menjaga suku bunga tetap stabil, sambil membuka kemungkinan adanya kenaikan lain di masa depan.
"Dia mungkin tidak akan memiliki banyak kesabaran jika angka pertumbuhan tidak segera mereda," jelas Ekonom Utama JPMorgan Chase & Co. Bruce Kasman.
Di lain sisi, Powell mencatat bahwa para ekonom umumnya memperkirakan pertumbuhan melambat pada kuartal IV/2023 dan setelah kuartal III/2024 yang dinilai sangat kuat.
Namun banyak dari mereka, termasuk yang berada di The Fed, tidak menyadari ketahanan perekonomian dalam menghadapi kenaikan suku bunga yang berulang kali dilakukan oleh bank sentral.