Bisnis.com, JAKARTA - Ketua dewan gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menjelaskan kondisi perekonomian AS saat ini, yang meliputi kekuatan dan kelemahan perekonomian negara tersebut.
Data ekonomi AS terbaru menunjukan penjualan ritel AS yang melebihi perkiraan dan produksi industri menguat pada September 2023. Kenaikan upah non pertanian rata-rata juga mencapai 266 ribu selama tiga bulan terakhir, mencatatkan laju yang kuat.
Kemudian, meskipun pengukuran inflasi inti dalam tiga dan enam bulan terakhir berada di bawah 3%, Powell memperingatkan bahwa ukuran inflasi jangka pendek sering kali tidak stabil.
“Bagaimanapun, inflasi masih terlalu tinggi, dan data yang baik dalam beberapa bulan hanyalah permulaan dari apa yang diperlukan untuk membangun keyakinan bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan kita,” jelas Powell di Economic Club of New York, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (20/10/2023).
Adapun, Powell juga mengatakan bahwa ada bukti bahwa kenaikan suku bunga The Fed sedang memberikan tekanan ke bawah pada ekonomi. Ia juga mengatakan bahwa mungkin masih ada pengetatan yang berarti yang akan dilakukan.
Ia juga menuturkan bahwa risiko-risiko utama dari ketegangan geopolitik dinilai sangat tinggi.
Baca Juga
Kemudian, terkait pasar tenaga kerja, Powell menuturkan bahwa pasar tenaga kerja sedang mendingin, meskipun ia mengulangi bahwa kembalinya inflasi yang berkelanjutan ke 2%, mungkin membutuhkan periode pertumbuhan di bawah tren dan beberapa pelemahan lebih lanjut dalam kondisi pasar tenaga kerja.
Lalu kenaikan tajam dalam imbal hasil Treasury jangka panjang sejak Juli 2023 telah mendorong beberapa pejabat The Fed untuk lebih fokus pada kondisi keuangan secara keseluruhan ketika mereka mempertimbangkan langkah selanjutnya
Untuk diketahui, imbal hasil Treasury tenor dua tahun telah naik ke level tertinggi dalam 17 tahun pada Selasa (17/10) dan obligasi tenor 10 tahun pada tahun ini telah mendekati puncaknya.
Powell menuturkan bahwa lonjakan-lonjakan tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan premi berjangka, dan merinci beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan permintaan imbal hasil dari investor, termasuk program pengetatan kuantitatif bank sentral
“Mereka merevisi pandangan mereka mengenai kekuatan perekonomian secara keseluruhan dan berpikir bahwa dalam jangka panjang hal ini mungkin memerlukan suku bunga yang lebih tinggi,” jelas Powell.
Powell juga menuturkan bahwa mungkin akan ada lebih banyak perhatian terhadap defisit fiskal. Quantitative tightening (QT) juga dapat menjadi salah satu bagiannya
Pejabat The Fed juga telah mengulangi niat mereka untuk mengembalikan inflasi ke tingkat 2%, meskipun risalah pada pertemuan September 2023 kini menunjukan bahwa mereka menimbang resiko terlalu banyak menahan diri dan membuat ekonomi menurun.