Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahaya Paparan Timbal di Industri Pengolahan, Kerugian Tembus Rp598 Triliun

Timbal merupakan logam berat yang dapat memiliki efek negatif pada tubuh manusia.
Ilustrasi industri pengolahan/Istimewa
Ilustrasi industri pengolahan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Penggunaan timbal dalam aktivitas industri telah menimbulkan ancaman kerugian materil maupun non materil. Hal ini yang mendorong pentingnya produk nontimbal bagi industri yang bersentuhan langsung dengan manusia.

Untuk diketahui, timbal merupakan logam berat yang dapat memiliki efek negatif pada tubuh manusia. Meluasnya penggunaan timbal oleh manusia telah memperburuk paparan dan bahaya yang ditimbulkan.

Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiyono mengatakan hal tersebut menjadi perhatian bersama di kalangan pelaku industri. 

Hal ini yang mendorong PT Timah Industri, bagian dari Inaplas bersama Asean Vinyl Council (AVC) mengadakan seminar bertajuk "Menuju Masa Depan Lebih Hijau: Mengenal dan Mendukung Produk Nontimbal untuk Keberlanjutan Kesehatan dan Lingkungan" hari ini, Kamis (19/10/2023). 

"Semoga hasil dari seminar kami mendapatkan hasil yang baik untuk keberlanjutan kesehatan dan lingkungan dengan mengadaptasi nontimbal pada industri yang menghasilkan produk bagi masyarakat," kata Fajar dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/10/2023). 

Pasalnya, selama ini timbal telah terbukti berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan, terutama dalam air, tanah, dan udara. Dalam seminar akan dibahas penggunaan produk nontimbal sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.

Penggunaan timbal di Indonesia masih banyak ditemui di berberapa produk dan industri, salah satunya aki, cat besi, dan cat dinding. Produk pipa berbahan PolyCinyl Chloride (PVC) yang mengandung campuran timbal memiliki kemungkinan lepas dalam air.

Kasus keracunan timbal secara global diperkirakan berdampak terhadap satu dari tiga anak. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 8 juta anak memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikogram per desiliter (μg/dL).

Di sisi lain, Divisi Pediatri Lingkungan di New York University mencatat, paparan timbal di Indonesia menyebabkan kerugian sekitar US$37,9 miliar atau setara dengan Rp598,4 triliun. 

Ketua Panitia Seminar Nasional Dirgahayu Maharestu mengatakan, seminar ini bertujuan untuk mengkampanyekan industri non timbal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk nontimbal dalam menjaga kesehatan dan lingkungan.

"Semoga seminar nasional ini dapat menjadi langkah yang signifikan dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi semua, kolaborasi industri dan pemerintah juga menjadi faktor pendukung yang penting untuk mewujudkan tujuan kita bersama," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper