Bisnis.com, JAKARTA- Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI (Kemendikbudristek) Yayat Hendayana menuturkan bahwa kalangan non-pemerintah harusnya optimis agar Indonesia dapat keluar dari jebakan kelas menengah atau middle income trap.
Hal tersebut ia lontarkan lantaran pihak pemerintah memiliki program Generasi Emas 2045. Untuk itu menurutnya pihak kalangan non-pemerintah harusnya dapat bersikap lebih optimis.
“Semuanya [pihak] harus dorong. Jangan cuma pemerintah tapi juga swasta, sama-sama. Jadi kita jangan pesimis, tapi harus optimis,” tuturnya kepada Bisnis ketika ditemui dalam acara “The 17th China Education Exhibition” di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Selasa (17/10).
Yayat menuturkan bahwa Indonesia perlu untuk keluar dari middle income trap, yakni dari pendapatan kelas menengah bawah menjadi menengah atas.
Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan lantaran Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia. Adapun Indonesia kemarin memegang keketuaan Asean dan G20 menjadi merupakan salah satu upaya secara diplomatis untuk mensejajarkan diri dengan negara lain.
Yayat juga menjelaskan bahwa akan menjadi bahaya jika Generasi Emas pada 2045 tidak secara bersamaan atau diberikan modal. Jika generasi emas pada tahun tersebut, yakni umur 21-45 yang menjadi generasi bagian terbesar nanti, tidak diberikan modal, maka akan menjadi beban.
Baca Juga
Terkait dengan hal tersebut, untuk mewujudkan Generasi Emas 2045, maka ia menuturkan bahwa harus bersikap optimis untuk bisa meyakinkan berbagai pihak utamanya bagi para mahasiswa.
“Saya optimis kita bisa, tapi kan tidak gampang. Perlu usaha keras,” jelasnya.
Yayat menjelakan bahwa gaung program Indonesia Emas 2045 lebih mudah dicapai jika lulusan perguruan tinggi jauh lebih banyak.
Pihaknya memberikan berbagai program dimana dikbud, masing-masing kementerian dan lembaga saling berbagi tugas. Contohnya, program LPDP yang berada di bawah kementerian keuangan dalam memberikan beasiswa, adapun program untuk dosen dan program Indonesia maju.
Berdasarkan catatan Bisnis, pengembangan sumber daya manusia (SDM) juga menjadi faktor penting dalam menghadapi berbagai perubahan dan sejalan dengan upaya Indonesia dalam menyambut era revolusi industri 4.0 yang serba digital.
Adapun untuk mewujudkan SDM yang unggul, inovatif, berintegritas dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar Rp660,8 triliun atau 20 persen pada Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2024.
Lebih rincinya, anggaran tersebut kemudian terbagi atas alokasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp237,3 triliun, Transfer ke Daerah (TKD) melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Otsus sebesar Rp346,6 triliun, serta pembiayaan investasi senilai Rp77,0 triliun. Adapun anggaran pendidikan tersebut meningkat dibanding anggaran tahun 2023 yang sebesar Rp612,2 triliun.