Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tembus Rp15.700, Airlangga: Tenang Saja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan hal terpenting dalam menjaga rupiah adalah dengan memperkuat fundamental dalam negeri.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara HSBC Summit 2023 di Hotel St. Regis, Jakarta, Rabu (11/10/2023)/Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara HSBC Summit 2023 di Hotel St. Regis, Jakarta, Rabu (11/10/2023)/Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia dapat teang menghadapi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini melemah.

Meski disebutkan bahwa pihaknya menghadapi dengan tenang, namun hal terpenting dalam menjaga rupiah, yakni memperkuat fundamental dalam negeri.

“Isunya USD kuat terhadap berbagai currency termasuk Jepang, jadi kita tenang-tenang saja yang penting kita jaga fundamental kita,” ujarnya di Jakarta, Rabu (11/10/2023).

Terlebih, Airlangga menilai bahwa harga minyak dunia saat ini masih dalam kondisi yang relatif terkendali sehingga belum berdampak terhadap inflasi.

“Harga minyak juga masih relatif terkendali, kita lihat saja [inflasi],” tambahnya.

Ketua Umum Partai Golkar tersebut juga mengungkapkan bahwa pemerintah terus mendorong instrumen kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) sebagai bantalan menahan rupiah.

Pasalnya, per hari ini pada pukul 10.45 WIB, rupiah berada di posisi Rp15.707.

“Tentu kita juga mendorong implementasi DHE terutama di tengah ketidakpastian. Kita perlu mendorong DHE agar buffer kita menjadi lebih kuat,” lanjutnya.

Pada akhir Agustus 2023, Bank Indonesia (BI) melaporkan sebanyak 64 eksportir SDA telah menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri melalui instrumen term deposit (TD) valas DHE SDA.

Gubernu BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa realisasi tersebut masih belum optimal. Menurutnya, kebijakan ini dapat menambah cadangan devisa di dalam negeri sebesar US$8 miliar hingga US$9,2 miliar.

“Kalau kepatuhan 90 persen, maka bisa masuk [devisa] US$9,2 miliar per bulan, kalau kepatuhan 75 persen kurang lebih US$8 miliar, kalau kepatuhan 50 persen bisa US$5 miliar. Jadi, kami optimistis bisa US$8-US$9 miliar per bulan,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper