Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 di tengah masih tingginya inflasi di berbagai negara.
Berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru yang dirilis Selasa (10/10/2023), IMF memproyeksikan pertumbuhan global mencapai 2,9 persen untuk 2024, turun 0,1 persen dari laporan WEO pada Juli 2023.
Proyeksi tersebut berada di bawah rata-rata 3,8 persen selama dua dekade sebelum pandemi. Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2023 tidak berubah di level 3 persen.
Penurunan outlook ekonomi tersebut didasari oleh masih tingginya prospek inflasi tahun depan. IMF juga meningkatkan proyeksi inflasi global untuk 2024 dan menyerukan bank sentral untuk menjaga kebijakannya tetap ketat, sampai tekanan harga mereda untuk waktu yang lama.
Dalam laporan WEO terbaru, IMF meningkatkan proyeksi inflasi secara global menjadi menjadi 5,8 persen. Angka ini naik dari 5,2 persen pada bulan lalu. IMF juga memperkirakan inflasi akan berada di atas target bank sentral hingga 2025.
“Kebijakan moneter harus tetap ketat di sebagian besar negara sampai inflasi dapat mencapai targetnya,” jelas kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/10/2023).
Baca Juga
Lonjakan tersebut dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk gangguan rantai pasokan akibat pandemi Covid-19, stimulus fiskal sebagai respons terhadap lockdown global, permintaan dan pasar tenaga kerja yang ketat di AS, dan gangguan pangan dan energi akibat invasi Rusia ke Ukraina yang kemudian berdampak khusus di Eropa dan Inggris.
Sejak April 2023, IMF sendiri juga telah memperingatkan bahwa prospek jangka menengah melemah. Faktor-faktor yang menghambat ekspansi ini adalah dampak jangka panjang dari pandemi, yakni invasi ke Ukraina, terpecahnya perekonomian dunia menjadi beberapa blok dan pengetatan kebijakan bank sentral.
“Kami melihat perekonomian global sedang tertatih-tatih, dan belum berjalan dengan baik,” kata Gourinchas.
Prospek pertumbuhan global juga dinilai rendah namun relatif stabil. IMF juga melihat peluang lebih baik bahwa bank sentral dapat mengendalikan inflasi tanpa membuat dunia mengalami resesi.
Namun, kestabilan proyeksi pertumbuhan agregat IMF menutupi beberapa perubahan penting dalam proyeksi perkiraan masing-masing negara yang mendasarinya.
Contohnya, IMF menaikkan outlook ekonomi AS, negara dengan perekonomian terbesar di dunia, pada 2023 menjadi 2,1 persen dari 1,8 persen pada Juli 2023, dan pada tahun depan naik menjadi 1,5 persen dari yang sebelumnya 1 persen, berdasarkan investasi bisnis yang lebih kuat di kuartal II/2023 dan pertumbuhan konsumsi.
IMF juga telah berulang kali memperingatkan mengenai terpecahnya ekonomi global ke dalam blok-blok geopolitik akibat ketegangan antara AS dan China, serta agresi Rusia.
IMF memproyeksikan pertumbuhan perdagangan sebesar 0,9 persen pada 2023, turun dari perkiraan sebesar 2 persen pada Juli 2023, dan jauh lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata 4,9 persen dalam dua dekade sebelum pandemi.
Hal tersebut kemudian mencerminkan pergeseran ke arah layanan domestik, efek tertunda dari apresiasi dolar, yang memperlambat perdagangan karena meluasnya pembayaran produk dalam dolar, dan meningkatnya hambatan perdagangan.