Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ketahanan ekonomi global tahun meningkatkan peluang bank-bank sentral global dapat menjinakkan inflasi tanpa membuat ekonomi global masuk ke dalam resesi.
Berbicara di Pantai Gading menjelang pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF di Marrakesh, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyoroti momentum yang kuat dalam perekonomian AS dan mengatakan India sebagai titik terang perekonomian tahun ini.
“Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pendaratan lunak (soft landing) perekonomian global. Namun kita sebaiknya jangan lengah,” ungkap Georgieva dalam pidatonya, Kamis (5/10/2023).
Namun, Georgieva mengatakan meskipun ekonomi global terus pulih dari guncangan yang terjadi beberapa tahun belakangan, pemulihannya berjalan lambat dan tidak merata.
Ia mengatakan guncangan ekonomi yang terjadi secara beruntun sejak tahun 2020 telah memangkas output global hingga US$3,7 triliun pada tahun 2023. Selain itu, pertumbuhan saat ini masih lebih lemah dibandingkan level sebelum pandemi.
”Laju pertumbuhan global saat ini tetap cukup lemah, jauh di bawah rata-rata 3,8 persen dalam dua dekade sebelum pandemi. Dalam jangka menengah, prospek pertumbuhan semakin melemah,” ungkapnya.
Baca Juga
Georgieva mengatakan ada perbedaan mencolok dalam dinamika pertumbuhan global. Ia menekankan bahwa momentum pertumbuhan di AS sangat kuat, namun sebagian besar negara maju mengalami perlambatan.
”Di China, aktivitas ekonomi berada di bawah ekspektasi, dan banyak negara berjuang dengan pertumbuhan yang lemah. Fragmentasi ekonomi mengancam untuk semakin melemahkan prospek pertumbuhan, terutama untuk negara berkembang dan negara yang sedang berkembang, termasuk di Afrika,” lanjutnya.
Georgieva mengatakan AS menjadi satu-satunya negara besar yang pertumbuhan ekonominya kembali ke jalur sebelum pandemi. Negara-negara lain di dunia masih berada di bawah tren, dengan negara-negara berpenghasilan rendah terkena dampak paling parah.
”Mengapa? Karena mereka memiliki kapasitas yang sangat terbatas kapasitas untuk menyangga ekonomi mereka dan mendukung mereka yang paling rentan,” ungkap Georgieva.
Ia mengatakan perbedaan pertumbuhan yang mencolok ini juga didorong oleh perbedaan dalam ruang kebijakan dan fundamental ekonomi makro, dalam hal tingkat ketergantungan pada impor bahan bakar dan pangan, pangsa barang dan jasa dalam ekonomi, peran perdagangan, momentum reformasi, dan laju perang melawan inflasi.
”Seluruh hal tersebut mempengaruhi pilihan kebijakan negara-negara dan kinerja ekonomi mereka. Apa yang menyebabkan hal ini terjadi adalah negara-negara semakin berjalan mengikuti irama mereka sendiri,” pungkasnya.
Pesan Kepala IMF diungkapkan beberapa menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia 2023 di Marrakesh, Maroko, pada 9 – 15 Oktober 2023 mendatang. Pertemuan ini akan dihadiri menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 190 negara dan membahan risiko-risiko yang dihadapi ekonomi global.
Pertemuan ini merupakan yang pertama di benua Afrika sejak diadakan di Nairobi, Kenya pada tahun 1973, dan akan berlangsung tidak jauh dari pusat gempa bumi di Maroko yang menewaskan 2.900 orang.