Bisnis.com, JAKARTA –– Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa pihaknya baru saja diundang oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) terkait keanggotaan.
Menurutnya, memang perlu proses panjang dalam menuju bagian dari OECD, bahkan membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun atau lebih lama.
“Namun yang menarik adalah semua indikator, semua indeks komposit yang kami tawarkan, klop in line dengan indikator-indikator OECD persyaratan menjadi negara maju. Mudah-mudahan kita bisa cepat mencapai itu,” ujar Suharso, dalam acara Sosialisasi RPJPN 2025-2045 dan RPJMN Teknokratik 2025-2029 kepada Partai Politik di kantor Bappenas, Senin (9/10/2023).
Dirinya melihat, Indonesia telah berhasil mengerek gross national income (GNI) dari US$700–an pada 2001 menjadi US$4.580 pada 2022 atau dalam waktu 21 tahun. “Masa kita tidak bisa dalam waktu 20 tahun [GNI] dari US$5000–an menjadi US$30.000?” katanya.
Suharso menekankan bahwa angka ini menjadi penting sekali karena Indonesia memiliki tujuan untuk keluar dari jebakan negara berpendatan menengah atau middle income trap. Pasalnya, sudah 30 tahun Indonesia terjebak dalam status tersebut.
Menteri dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut juga menyampaikan bahwa batasan suatu negara dikatakan middle income yang dicerminkan melalui GNI bersifat dinamis dan selalu berubah.
Baca Juga
Adapun, Bank Dunia atau World Bank mengkalsifikasikan suatu negara tergolong dalam kategori berpendapatan menengah atas jika memiliki PDB per kapita mulai dari rentang US$4.466 hingga US$13.845.
“Hitungan kami secara teknokratik, dalam 20 tahun yang akan datang, angka di middle income itu ada di level US$17.000- US$19.000. Maka Indonesia pada tahun itu harus di atas US$20.000,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan proses Indonesia menjadi anggota OECD tak lebih dari 4 tahun.
Berdasarkan pengalaman negara-negara Amerika Latin seperti Kosta Rika, Kolombia, dan lainnya yang membutuhkan sekitar 3-7 tahun dalam proses aksesi ke organisasi internasioal tersebut.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa keanggotaan Indonesia di OECD akan sangat strategis dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi Indonesia, keanggotaan dalam OECD dapat mempercepat transformasi ekonomi Indonesia dalam rangka mencapai tujuan strategis nasional.
Sedangkan bagi OECD, bergabungnya Indonesia akan memberikan jangkauan global yang lebih luas, khususnya pada kawasan Asia Tenggara. Terlebih, Indonesia memiliki kemajuan besar pada berbagai bidang, termasuk pengembangan energi terbarukan dan pengurangan emisi gas rumah kaca, dan masih banyak lagi bidang-bidang lainnya.