Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin: Produk Ramah Lingkungan Jadi Masa Depan Industri Tekstil

Kemenperin mendorong pelaku usaha tekstil untuk memanfaatkan bahan baku ramah lingkungan serta melakukan tranformasi dengan penggunaan energi hijau
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mendorong pengembangan produk tekstil ramah lingkungan atau green textile untuk memulihkan kembali permintaan pasar.

Berdasarkan catatan Kemenperin, terjadi penurunan pada utilisasi industri tekstil pada Mei 2023, yaitu menjadi 67,59 persen. Sama halnya dengan industri pakaian yang menurun utilisasinya hingga 74,79 persen.

Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, Taufiek Bawazier mengatakan, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan pasar, yakni dengan pemanfaatan bahan baku tekstil, seperti serat yang ramah lingkungan.  

"Sekarang sudah masuk green textile yang itu mungkin akan jadi mendominasi pasar. Jadi ini bertahap kami dari pemerintah juga mendorong untuk itu," kata Taufiek kepada wartawan, Kamis (21/9/2023). 

Dia menyebutkan, saat ini banyak negara yang memberikan standar produk yang berkonsep hijau dan mengedepankan sustainability atau keberlanjutan. Ke depannya, produk tekstil hijau yang akan dibutuhkan oleh pasar.

Tak hanya dari segi bahan baku, Taufiek meminta agar pelaku usaha tekstil mempu melakukan tranformasi dengan penggunaan energi hijau dengan cara mengurangi konsumsi fosil fuel atau energi lain yang dapat memabakar karbon dan membuat bumi lebih panas.  

"Kita mentranformasi mungkin yang ada pembangkit-pembangkit industri tekstil menggunakan batu bara akan di-swtich ke yang lebih green dan nanti itu akan menjadi nilai tambah buat industri tekstil Indonesia," ujarnya. 

Dalam hal ini, dia pun mengapresiasi investasi yang dilakukan produsen bahan baku serat tekstil, yakni PT South Pacific Viscose (SPV), anak usaha Lenzing Group. Perusahaan asal Austria itu menginvestasikan US$100 juta untuk mengembangkan serat ramah lingkungan yang disebut, EcoVero. 

Presiden Direktur PT SPV Sri Aditia mengatakan, investasi tersebut akan digunakan untuk meningkatkan produksi serat viscose di pabrik Indonesia yang berada di Purwakarta. 

"Kami kini sudah siap untuk menerima pesanan serat Lenzing Ecovero baik untuk ekspor maupun pelanggan domestik," ujar Adit. 

Konversi pabrik Lenzing di Indonesia disebut mampu mendorong peningkatan jumlah produksi viscose bertanggung jawab di Asia Pasifik dengan kapasitas nameplate sebesar 303.000 ton per-tahunnya

Stabilitas pasokan viscose bertanggung jawab bersertifikasi EU Ecolabel memenuhi perubahan preferensi dan peningkatan permintaan akan produk tekstil yang minim dampak lingkungan di kawasan Asia Pasifik. 

Merek pakaian yang menggunakan serat viscose dengan merek Lenzing Ecovero meliputi beberapa label fesyen terkemuka di dunia seperti M&S, H&M, dan Levi's. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper