Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konglomerat Penguasa Kawasan Khusus: Widjaja Hingga Tomy Winata

Sejumlah konglomerat Indonesia berinvestasi pada proyek kawasan ekonomi khusus (KEK). Siapa saja sosoknya?
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lido yang dikembangkan PT MNC Land Lido milik konglomerat Harry Tanoesoedibjo - Dok. MNC Land
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lido yang dikembangkan PT MNC Land Lido milik konglomerat Harry Tanoesoedibjo - Dok. MNC Land

Bisnis.com, JAKARTA - Geliat investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dilaporkan terus mengalami tren positif. Hal tersebut tercermin dari realisasi investasi hingga kuartal I/2023 yang dilaporkan mencapai Rp8,5 triliun.

Secara lebih rinci, Plt. Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK, Susiwijono Moegiarso, sebelumnya melaporkan bahwa realisasi investasi KEK tersebut bahkan telah menyerap sebanyak 10.918 pekerja. 

Adapun hingga saat ini, Indonesia tercatat memiliki total 20 KEK yang terdiri dari 10 KEK Industri dan 10 KEK Pariwisata.

Di samping itu, pada tahun lalu, pertumbuhan realisasi investasi KEK pada 2022 mampu menembus 51,8 persen atau mencapai sekitar Rp113,3 trilliun Total investasi tersebut terdiri atas kontribusi pelaku usaha sebesar Rp87,6 trilliun (79 persen) dan badan usaha Rp25,7 trilliun (23 persen). 

Tren positif tersebut tentu tak terlepas dari komitmen sejumlah konglomerat yang turut meramaikan investasi KEK di Indonesia. Hingga saat ini, setidaknya terdapat 5 konglomerat menggarap proyek pengembangan KEK.

Di antaranya, ada konglomerat Setyono Djuandi Darmono, Keluarga Widjaja, Hary Tanoesoedibjo, Sjamsul Nursalim hingga yang belakangan banyak mendapat sorotan yakni taipan Tomy Winata.

Insentif untuk Pengembang KEK

Besarnya minat sejumlah konglomerat mengembangkan proyek KEK tidak terlepas dari sejumlah pemanis yang ditabur pemerintah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun 2021 berkenaan dengan Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Dalam beleid tersebut, pemerintah memberikan sejumlah kemudahan fiskal dan nonfiskal, baik untuk pengembang kawasan maupun investor. Mulai dari pengadaan kemudahan untuk perpajakan, kepabeanan dan cukai, penangguhan bea masuk, lalu lintas barang, dan fasilitas tambahan untuk KEK Pariwisata. 

Sementara itu, pemerintah memberikan kemudahan nonfiskal berupa kemudahan perizinan, kepemilikan barang asing di KEK pariwisata, peraturan khusus ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan dan tata ruang, dukungan infrastruktur terpadu dari pemerintah, kenyamanan lingkungan, serta insentif dan fasilitas lainnya.

Berikut profil sejumlah konglomerat pemilik kawasan ekonomi khusus (KEK):

1. Tomy Winata

Tomy Winata tercatat menjadi salah satu konglomerat yang saat ini tengah mengembangkan Kawasan Rempang Eco-City yang dibidik mampu meraup investasi mencapai Rp381 triliun.

Dalam laporannya, pemerintah memberikan hak pengelolaan dan pengembangan lahan Pulau Rempang kepada PT Makmur Elok Graha (MEG) anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tomy Winata.

Dalam laporannya, PT MEG diketahui diberikan hak pengelolaan lahan mencapai 17.000 hektare yang mencakup seluruh pulau rempang hingga perairannya.

Lebih lanjut, Pemerintah Indonesia menargetkan, pengembangan Kawasan Rempang Eco-City dapat menyerap sekitar 306.000 tenaga kerja hingga 2080.

Nantinya, Rempang Eco-City akan fokus dikembangkan ke dalam 7 zona utama. Di antaranya zona industri, zona agro-wisata, zona pemukiman dan komersial, zona pariwisata, zona hutan dan pembangkit listrik tenaga surya, zona margasatwa dan alam, serta zona cagar budaya. 

2. Setyono Djuandi Darmono

Setyono Djuandi Darmono menjadi salah satu konglomerat yang rutin mengembangkan KEK di tanah air. 

Sebagai informasi, Setyono Djuandi Darmono merupakan pemilik perusahaan pengembang kawasan industri Jababeka yang saat ini tengah mengembangkan KEK Tanjung Lesung, KEK Morotai, hingga KEK Kendal.

Berdasarkan catatan Bisnis, Jababeka terlibat dalam pengembangan KEK Tanjung Lesung melalui entitas anaknya yakni PT Banten West Java Tourism Development Corporation. 

Di mana, Jababeka menggarap lahan seluas 1.500 ha untuk kegiatan pariwisata yang ditetapkan dalam PP Nomor 26 Tahun 2012.

Selain itu, Jababeka juga menggarap pengembangan KEK Kendal bersama dengan Sembcorp Development Ltd. untuk menggarap lahan seluas 1.000 ha yang akan menjadi kawasan industri.

Terakhir, KEK Pulau Morotai juga tak luput dari ekspansi bisnis perusahaan berkode emiten KIJA tersebut. Di mana, KEK Morotai diproyeksikan menarik investasi sebesar Rp30,44 triliun dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 30.000 tenaga kerja hingga 2025.

3. Keluarga Widjaja

Suksesi pengembangan KEK juga tak luput dari partisipasi investasi grup perusahaan milik keturunan orang terkaya nomor tiga di Indonesia yakni mendiang Eka Tjipta Widjaja melalui Sinar Mas Land.

Melansir Forbes dalam Indonesia's 50 Richest, keluarga Widjaja duduk di urutan ketiga sebagai orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan pada 2022 mencapai US$10,8 miliar atau sekitar Rp165 triliun.

Perusahaan Wdjaja diketahui masuk pada KEK Nongsa melalui PT AFP Dwilestari dengan mendirikan PT Taman Resor Internet yang telah tercatat sebagai pengembang kawasan tersebut dalam PP Nomor 68 Tahun 2021.

Dalam laporan lanjutannya, Sinar Mas Land diketahui mengucurkan investasi setidaknya mencapai Rp350 miliar guna membangun KEK Nongsa yang berlokasi di Batam, kepulauan Riau.

Adapun, proyeksi investasi yang dapat diserap di KEK Nongsa sampai dengan 2030 ditaksir mencapai Rp16 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 16.500 orang.

4. Hary Tanoesoedibjo

Bos pemilik MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, juga diketahui saat ini tengah menggarap KEK Lido yang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus pertama di wilayah Jabodetabek. 

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Hary Tanoesoedibjo mengatakan pihaknya telah memanfaatkan waktu pandemi untuk mempercepat kegiatan pembangunan. Adapun, Lido telah mengantongi status KEK Pariwisata melalui PP No. 69 pada 16 Juni 2021. 

"Hasilnya bisa dilihat saat ini, KEK Lido sudah mulai beroperasi dengan hanya membutuhkan waktu 1 tahun 5 bulan, dari batas waktu 3 tahun yang ditetapkan Pemerintah," ujar Hary Tanoe. 

Pada 2021, perseroan menyetujui rencana penambahan modal Rp850 miliar untuk pengembangan dan pembangunan KEK Lido.

Pada tahap pertama pembangunan, sejumlah fasilitas atraksi telah dibangun sebagai daya tarik bagi investasi dan wisatawan, baik dari mancanegara maupun dalam negeri. Salah satu fasilitas mewah di KEK Lido adalah Movieland.

5. Sjamsul Nursalim

Konglomerat produsen ban GT Radial yakni Sjamsul Nursalim juga diketahui memiliki peran dalam pengembangan KEK di Indonesia.

Pengusaha dengan total kekayaan mencapai US$1,3 miliar atau Rp19,97 triliun ini memiliki keterlibatan pada pengembangan KEK Kura-kura yang ada di Pulau Dewata, Bali.

Adapun, pengembangan KEK Kura-kura dipegang oleh PT Bali Turtle Island Development. Perusahaan itu memiliki pemegang saham dalam pengumuman terakhir di Beritanegara yakni Goodwill Property Investment Limited yang beralamat di Hong Kong, China dan Trisarana Adikreasi. 

Entitas terakhir merupakan cucu usaha dari PT Manning Development. PT Manning Development adalah perusahaan yang baru saja menjadi pemegang saham terbesar kedua di PT Indonesia Prima Property Tbk. (OMRE).

KEK Kura-kura ditetapkan berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2023 dengan luasan lahan 498 hektare. Kawasan tersebut ditargetkan mendatangkan investasi hingga Rp104,4 triliun dengan jumlah serapan tenaga kerja mencapai 35.036 orang hingga 2052.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper