Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Optimistis Indonesia Bisa Jaga Inflasi Hingga 3 Persen pada Akhir 2023.

Jokowi optimistis pemerintah dapat menjaga tingkat inflasi Negara di kisaran angka 3 persen hingga akhir 2024.
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis pemerintah dapat menjaga tingkat inflasi Negara di kisaran angka 3 persen hingga akhir tahun 2023.

Hal ini diungkap Jokowi saat melakukan tinjauan dan pemberian bantuan sosial di gudang Perum Bulog di Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (11/9/2023).  

“Kalau inflasi saya kira masih akan terjaga di sekitar 3 persen,” ujarnya saat ditemui Bisnis.

Untuk diketahui, belum lama ini Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi tahunan pada Agustus 2023 sebesar 3,27 persen (year-on-year/YoY) atau berada di kisaran target pemerintah 3±1 persen.

Adapun, beberapa Negara anggota G20 yang inflasinya masih di atas Indonesia pada Agustus 2023 misalnya Prancis 4,8% (YoY), Eropa 5,3 persen (YoY) dan Jerman yang masih di angka 6,1 persen (YoY). Pemicu utama inflasi di negara tersebut masih bersumber dari komoditas pangan dan energi.

Di sisi lain, orang nomor satu di Indonesia itu mengamini bahwa tantangan inflasi pangan memang tengah dihadapi oleh banyak Negara, bahkan menurutnya melonjaknya harga pangan beras tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan terjadi juga di Negara-negara lain.

“Perkara ini sama seperti barang-barang yang lain, BBM juga gitu kan, harga pasar dunia naik, pasti dalam negeri ke kerek. Apalagi beberapa Negara stop untuk tidak ekspor beras seperti India," ujarnya

Kendati demikian, Jokowi menekankan bahwa upaya yang terpenting untuk dilakukan bahwa pemerintah akan terus memastikan penanganan stok beras dalam negeri tetap dalam taraf aman.

Dia pun memerinci bahwa saat ini Indonesia memiliki 2 juta ton cadangan beras, jumlah tersebut mengalami peningkatan dari yang normalnya hanya 1,2 juta ton, sehingga masyarakat tidak perlu merasa khawatir dengan adanya kelangkaan beras.

"Wajar, tetapi yang paling penting manajemen tata kelola kita dalam menghadapi itu punya, yang penting itu,” pungkas Jokowi.

Senada, Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Budi Waseso menjelaskan bahwa tantangan inflasi dan kenaikan harga beras turut terkerek akibat adanya fenomena El Nino yang melanda sejumlah negara.

Dia menyebut bahwa fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah itu memang berdampak terhadap krisis air, secara otomatis akan menurunkan jumlah produksi beras.

Dia pun menyebut bahwa untuk meringankan beban masyarakat dari naiknya harga pangan beras, pemerintah melalui Bulog memberikan bantuan beras untuk 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dengan masing-masing 10 kilogram (kg) beras.

"Pertama memang itu hukum ekonomi, karena produksinya memang kurang karena ada cuaca El Nino, kita wajar saja kekeringan di mana-mana. Sehingga harga beras pasti meningkat kalau demand dan supply nya terganggu," tandas Budi Waseso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper