Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa dirinya telah berbicara dengan sejumlah pemimpin Negara untuk mengekspor beras ke Indonesia, salah satunya dengan Pemerintah Kamboja.
Hal tersebut disampaikan Jokowi usai meninjau ketersediaan stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada Senin (11/9/2023).
"Iya [akan impor dari Kamboja] meskipun tidak semuanya," kata Jokowi kepada wartawan.
Namun, Jokowi tidak menjelaskan total beras yang bakal diimpor pada 2024. Dia menyatakan bahwa proses negosiasi lanjutan akan dilakukan oleh Bulog untuk memastikan terjadinya transaksi atau tidak.
Kendati demikian, orang nomor satu di Indonesia itu mengaku sudah membuka pembicara mengenai potensi impor beras dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet, Presiden Bangladesh Mohammad Shahabuddin, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, hingga PM China Li Qiang.
“Stok kita sudah banyak, tapi kita tetap masih melihat di mana yang bisa [berpotensi butuh beras]. Tidak untuk sekarang, tetapi untuk plan tahun depan juga mengantisipasi,” ujarnya.
Baca Juga
Jokowi menilai pemerintah masih perlu melakukan impor beras untuk memastikan cadangan stok beras terpenuhi dan menekan kenaikan harga beras di pasar akibat fenomena El Nino yang terjadi hampir di semua negara.
Orang nomor satu di Indonesia itu pun mengungkapkan bahwa saat ini impor beras dari Kamboja tengah dalam proses. Dia menyebutkan bahwa impor beras sebanyak 250.000 ton tersebut merupakan bagian dari rencana impor pemerintah dengan total 400.000 ton dari beberapa Negara.
"Ini kan sudah semua sebetulnya ini sudah realisasi, terus berjalan. Jadi barangnya dalam perjalanan menuju ke gudang-gudang bulog. Paling lama Pak Kabulog menyampaikan paling lambat November dalam perjalanan. Masak datang ngomong langsung udah sampai gudang," tuturnya.
Menurutnya, meskipun telah melakukan pembicaraan, tetapi belum ada keputusan yang diambil dari pembicaraan dengan para kepala negara tersebut karena masih mempertimbangkan perihal harga beras.
"Saya sudah berbicara dengan banyak [kepala negara], tapi kan belum putus. Sehingga saya ini berbicara dengan Kepala Negara kemudian ditindaklanjuti negosiasinya oleh Bulog. Kalau barangnya ada, kita antara Presiden dengan Perdana Menteri sudah oke, tetapi harganya nggak sambung ya kan nggak ketemu. Ini masalah harga, tetap menjadi salah satu dalam negosiasi transaksi itu jadi atau nggak jadi," ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Negara mengungkapkan minat Indonesia untuk melakukan impor beras hingga 250.000 ton dari Kamboja. Hal ini dia sampaikan saat menerima Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet untuk melakukan pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (4/9/2023).
"Saya mengapresiasi sambutan Kamboja terkait keinginan Indonesia untuk mengimpor beras dari Kamboja sekitar 250 ribu ton beras per tahun," ucap Jokowi dalam forum tersebut.