Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peternak Mengeluh Harga Telur Anjlok, Bapanas Ingin Stabilisasi

Bapanas tengah mempersiapkan upaya untuk mengerek kembali harga telur di peternak yang saat ini tengah anjlok.
Pedagang menunjukkan telur di Jakarta, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pedagang menunjukkan telur di Jakarta, Minggu (31/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan tengah mempersiapkan upaya untuk mengerek kembali harga telur di peternak yang saat ini tengah anjlok.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi sedang membahas upaya untuk melanjutkan bantuan pangan telur dan daging ayam kepada keluarga rentan stunting. Selain membantu gizi masyarakat, upaya bantuan telur dan daging ayam dianggap ampuh menjaga harga jual di tingkat peternak.

"Kami juga menyampaikan cara agar menaikan harga [telur dan daging ayam] kembali di tingkat peternak dengan bantuan pangan sekaligus juga membantu tujuh provinsi yang bisa disalurkan ayam dan telur," kata Arief saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR-RI, Senin malam (4/9/2023).

Menurutnya, anjloknya harga telur saat ini sesuai dengan tren harga tahun lalu yang menunjukkan penurunan harga di periode Agustus hingga Oktober. Jatuhnya harga telur dan daging ayam disinyalir akibat rendahnya permintaan. Oleh karena itu, pemerintah mencetuskan upaya penyerapan hasil peternak oleh stakeholder pangan, termasuk BUMN.

"Ini [bantuan pangan] yang akan mengerjakan ID Food, sama seperti yang sudah dikerjakan 4-5 bulan terakhir bersama peternak kecil," ujar Arief.

Sementara itu, Ketua Bidang Hubungan antar Lembaga dan Hubungan Masyarakat Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Musbar Mesdi mengatakan bahwa anjloknya harga telur di peternak perlu segera diantisipasi oleh pemerintah. Pasalnya, kondisi peternak mandiri akan semakin terdesak di tengah anjloknya harga jual dan gempuran harga pakan yang terus melonjak.

Sebelumnya, pekan lalu Pinsar melaporkan adanya kerugian hingga Rp4.000 per kilogram yang harus ditanggung para peternak. Kerugian tersebut berasal dari harga jual telur di kandang berada di level terendah Rp20.000 per kilogram, sementara biaya produksi telah mencapai Rp24.000 per kilogram seiring harga jagung pakan yang melambung hingga mendekati Rp7.000 per kilogram.

"Kalau tidak segera [diatasi] maka kehadiran peternak layer mandiri akan segera digantikan oleh pelaku usaha yang berkapital [modal] kuat untuk mengisi kekosongan suplai," ujar Musbar saat dihubungi.

Padahal, lanjutnya, telur dan daging ayam menjadi komoditas pangan yang hampir tidak pernah diimpor alias swasembada karena produksi dalam negeri mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, para peternak layer mandiri juga mendesak pemerintah agar segera membuat regulasi untuk melindungi keberadaan usaha mereka.

"Belum ada regulasinya. Istilahnya untuk memproteksi [usaha peternak rakyat] perlu pakai istilah close loop," tuturnya.

Menyitir data panel harga pangan, Bapanas, rata-rata harga telur di tingkat konsumen secara nasional pada 5 September 2023 sebesar Rp29.100, turun 0,21 persen dari kemarin.

Padahal harga rata-rata telur pada Juli 2023 sebesar Rp30.760 per kilogram. Demikian pula dengan daging ayam, rata-rata harga hari ini turun 1,19 persen menjadi Rp34.760 per kilogram. Padahal harga rata-rata Juli 2023 masih berada di angka Rp37.620 per kilogram.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper