Bisnis.com, JAKARTA -- Realisasi investasi manufaktur kendaraan listrik di Indonesia dinilai masih minim karena kemantapan ekosistem baterai untuk electric vehicle (EV) yang belum mapan.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan jika Indonesia sudah mampu menghasilkan komponen baterai EV, maka akan banyak investor dari industri kendaraan yang akan masuk.
"Jadi, kalau misalnya kita sudah punya baterainya, sebenarnya untuk menghasilkan manufaktur di EV nya, itu gampang, banyak orang yang mau datang," kata Nurul di sela-sela agenda Asean Business & Investment Forum 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).
Dia menjelaskan komponen baterai menelan biaya sekitar 30-40 persen dari total produksi kendaraan listrik. Untuk itu, peran baterai dan inovasi baterai ke depan yang lebih bermutu penting untuk membesarkan jaringan.
Sebelumnya, catatan Kementerian Investas/BKPM menunjukkan bahwa total investasi baterai kendaraan listrik di RI diklaim telah mencapai US$42 miliar atau Rp630 triliun.
Sementara itu, data Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin tercatat realisasi investasi Electric Vehicle (EV) baru mencapai Rp3,28 triliun.
Baca Juga
Adapun, realisasi tersebut berasal dari industri EV roda dua, roda empat, roda tiga, hingga bus listrik. Dari total investasi, untuk mobil listrik dana yang digelontorkan oleh tiga perusahaan baru sekitar Rp2,1 triliun.
Sisanya, merupakan investasi dari lima perusahaan bus listrik sebanyak Rp360 miliar. Sedangkan dari 48 perusahaan pabrikan motor listrik, terdapat realisasi investasi sebanyak Rp818 miliar.
"Jadi tinggal itu dia, membangun ekosistem industri baterai di Indonesia yang wajib kita sampai disana dulu, setelah itu there will be boom for EV," ujar Nurul.
Dia pun tengah mendorong investor asing untuk membangun manufaktur kendaraan listri di Indonesia. Salah satu yang tengah dikembangkan pemerintah untuk menarik minat investor yakni dengan memberikan insentif.
Lebih rinci, Nurul menjelaskan insentif bebas pajak impor mobil listrik yang berlaku bagi perusahaan yang menanamkan modal untuk pembangunan manufaktur di Indonesia. Dengan demikian, insentif ini akan mengurangi biaya awal ketika mendirikan pabrik.
"Misalnya, 'kami akan masuk dan produksi di Indonesia di tahun ketiga'. Nah, sampai tahun ketiga itu mereka dikasih insentif untuk mengimpor secara gratis dalam kapasitas yang dibatasi sehingga dengan demikian mereka tahu market-nya ada di Indonesia," pungkasnya.