Bisnis.com, JAKARTA - Koordinator Khusus Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGI) Amerika Serikat Helaina Matza mengatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar terutama untuk menjadi pemain besar di industri baterai EV (electric vehicle) skala global.
Menurut Matza, ambisi tersebut dapat terwujud jika Indonesia tidak hanya mengandalkan produksi nikel saja, namun juga melihat dari aspek lainnya.
"[Menjadi pemain baterai global] Bukan hanya karena kemampuan produksi bijih nikel, tetapi juga karena investasi yang mereka lakukan dalam pemrosesan dan hubungan yang mereka jalin dengan perusahaan otomotif dan pembuat baterai," ungkap Matza kepada Bisnis di Mandarin Oriental Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Menurutnya, hal yang dapat menjadi tantangan bagi Indonesia maupun bagi setiap negara adalah mengelola strategi seputar peran Indonesia atau negara dalam rantai pasokan tersebut.
Dia menilai Indonesia juga perlu memastikan bahwa disaat investor masuk dalam bagian apapun, seperti operasi penambangan, pemrosesan, pengembangan prekursor, Indonesia memahami “aturan mainnya”.
“Ketika pemerintah Indonesia bekerja untuk mengkodifikasikan hal tersebut, lingkungan peraturan tersebut, saya pikir, ada banyak peluang di sana,” jelasnya, dan mengatakan bahwa saat ini adalah awal dari waktu yang sangat baru.
Baca Juga
Matza juga mengatakan bahwa PGI berada di tahun-tahun pertama untuk mencari tahu seperti apa bentuk kimia baterai yang baru dan seperti apa potensi penyebarannya.
Oleh karena itu, masa kini menjadi momen yang sangat unik dalam sistem energi, dimana Matza berpendapat bahawa seluruh dunia sedang belajar pada saat yang sama.
Sebelumnya, Helaina Matza akan berkunjung ke Indonesia pada 22-28 Agustus 2023. Kunjungan tersebut dalam rangka memajukan upaya Amerika Serikat (AS) dalam memfasilitasi investasi infrastruktur strategis, khususnya terkait sektor kendaraan listrik dan solusi energi ramah lingkungan untuk pembangkit listrik terintegrasi (captive tower).
Nantinya, Helaina Matza akan bertemu dengan pejabat pemerintah, mitra sektor swasta, serta masyarakat sipil untuk membahas prioritas infrastruktur, standar ketenagakerjaan dan lingkungan dan peluang kemitraan. Hal ini dilakukan untuk memajukan dan membiayai proyek-proyek strategis di Indonesia.
“Seiring dengan perluasan pendekatan koridor ekonomi global oleh AS, kami menjajaki untuk memperluas kemitraan yang ada di Indonesia dan mengidentifikasi peluang infrastruktur yang berkualitas dan berkelanjutan,” jelas Matza, dikutip dari keterangan resmi Kedubes AS di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Pada awal 2022, PGI mengumumkan kemitraan AS-Indonesia untuk mendukung Indonesia sebagai penggerak pertama di kawasan, dalam penggunaan reaktor modular kecil (SMR) di pasar Asean. Teknologi tersebut menggunakan teknologi Amerika Serikat yang di klaim aman dan terjamin dari perusahaan AS NuScale Power.
“PGI secara strategis mengerahkan modal dari publik selain memanfaatkan keahlian dan pembiayaan sektor swasta di pasar G7+, negara tuan rumah, dan negara-negara lain,” ungkap Matza.
Kerja Sama Sektor Mineral Kritis
Mengutip keterangan resmi dari Kementerian Perekonomian, Selasa (4/8) Indonesia-Australia bekerja sama untuk mewujudkan ambisi sebagai pemain utama ‘Global Value Chains’ dalam baterai dan mineral penting.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengutarakan bahwa penandatangan rencana aksi tersebut adalah hal yang penting untuk menangkap peluang dan mempertemukan pihak yang terlibat dengan sektor mineral kritis, dengan pihak yang mendukung pembiayaan untuk mewujudkan kerja sama yang lebih konkret.
“Kemitraan antara Indonesia dan Western Australia dapat membuka peluang besar di sektor mineral penting,” jelas Dubes RI Canberra Siswo Pramono, mengutip dari keterangan resmi.
Sebagai catatan, Australia akan menjadi pemasok lithium dan Indonesia menjadi pemasok nikel. Keduanya merupakan komponen utama dalam produksi EV.
Kedua negara di klaim dapat berkontribusi lebih besar pada ‘global value chain’ untuk memasok kebutuhan baterai dan mineral penting.
Indonesia diproyeksikan menjadi pusat pengolahan dengan potensi cadangan nikel dan tenaga kerja Indonesia yang berlimpah, dengan kemudahan akses dari berbagai bahan baku seperti lithium dan didukung dengan standar dan keahlian dari Australia.