Bisnis.com, JAKARTA - Ambisi Indonesia untuk menjadi salah satu pemasok utama kebutuhan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) global perlu didukung oleh teknologi dan industri yang memadai di dalam negeri.
Indonesia diproyeksikan akan memasok 50 persen kebutuhan baterai EV global seiring meningkatnya permintaan baterai EV global mencapai 12.700 gigawatt hour (GWh) pada 2040. Sementara itu, PT Indonesia Battery Corporation (IBC) diproyeksikan dapat memproduksi baterai EV sebesar 46 GWh pada 2034.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro memandang target untuk menjadi pemasok 50 persen baterai EV ke pasar global merupakan hal yang berat. Apalagi, target tersebut hanya berjarak dekat dengan hasil produksi pertama pihak IBC yang hanya mampu memproduksi 46 GWh pada 2034.
“Karena memang 2034 ke 2040 kan hanya selisih 6 tahun, sementara selisih antara kapasitas yang mampu diproduksi dalam negeri dengan kebutuhan di level global sangat jauh,” kata Komaidi kepada Bisnis, Jumat (25/8/2023).
Dia mengatakan, untuk berada di level pemasok 50 persen ke pasar global, produksi dalam negeri harus digenjot lebih dulu untuk dapat memenuhi pasokan internal.
“Jadi kalau targetnya 50 persen dan dengan semangat jatuhnya ke 20-30 persen itu sudah baik, paling tidak semangatnya yang perlu di apresiasi,” ujarnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Komaidi menuturkan bahwa target yang dicanangkan pemerintah menjadi pemasok baterai EV global tersebut tidak terlepas dari cadangan nikel Indonesia yang melimpah.
Namun, dia menyebut bahwa sekadar memiliki bahan baku saja tidak cukup, perlu adanya teknologi dan industri yang memadai untuk menjadi pemasok barerai EV ke pasar global.
“Untun produksi itu tidak hanya bahan baku tapi juga industri, termasuk smelter dan industri pembuatan baterainya. Perlu didasari bahan baku saja tanpa ada pengolahan atau hilirisasi dan tahapan selanjutnya nggak akan sampai ke sana [capai target] dan itu harus dikejar oleh pemerintah,” ucap Komaidi.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan bahwa perseroan siap berkontribusi terhadap pemenuhan permintaan bahan baterai EV global.
Berdasarkan laporan McKinsey, kata Hendi, dalam peta jalan transisi net-zero memperkirakan akan ada peningkatan permintaan baterai EV global menjadi 5.000 GWh pada 2030 dan akan mencapai 12.700 GWh pada 2040.
"Dan Indonesia diproyeksikan akan memasok 50 persen kebutuhan baterai EV global. Karena MIND ID bertujuan untuk menjadi lima perusahaan pertambangan global teratas pada tahun 2033, kami siap berkontribusi terhadap pemenuhan permintaan global akan bahan baterai EV melalui produk olahan kami yang berasal dari komoditas yang ada serta komoditas potensial di masa depan," katanya